Pilihan Kita Sendiri
Jumat, 18 Februari 2011
“Takdirrrr..Memang Kejammm…”
Haha, sepenggal lirik yang dibawakan Oleh Desy Ratnasari tersebut mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga anda. Yach, kali ini sedikit saya akan menuangkan beberapa deret kata tentang kalimat Takdir tersebut.
Terkadang, ketika kita berjalan dalam hidup ini tak sedikit banyak aral dan rintangan yang kta lalui di sepanjang perjalanan itu. Ada banyak orang yang terus melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan halangan, ada pula orang yang menjalaninya dengan keterpaksaan dan kepasrahan semata, dan tak sedikit pula orang yang akhirnya berhenti dan dengan entengnya menyalahkan bahwa takdirlah yang memaksanya untuk berhenti disitu.
Ketika kita berusaha, ketika kita mencoba memperbaiki hidup kita, tak jarang kita menemui kegagalan didalam usaha tersebut dan kemudian dengan entengnya pula kita kembali menyalahkan bahwa takdirlah yang memaksa kita untuk cukup berusaha sampai disitu saja.
Lalu apakah sebenarnya Takdir yang dimaksud tersebut?
Dalam realita saat ini, sepertinya terdapat kekeliruan bahasa yang secara general akhirnya diadaptasi kemudian diakui sebagai suatu kesepakatan bersama bahwasanya Takdir adalah jalan hidup yang telah digariskan oleh Tuhan untuk kemudian kita jalani.
Tapi apakah memang betul sedemikian adanya?artinya apakah ketika kita gagal lantas dengan mudah kita menuduh dan menyalahkan bahwa Tuhanlah yang meridhoi kita untuk gagal???jika betul seperti itu, maka sepertinya ada yang perlu kita tinjau kembali sebagai manusia yang bertuhan. Terjadi sebuah kontradiksi dengan ayat-ayat Tuhan yang isinya kurang lebih berbunyi: dan tidaklah Tuhan Merubah Nasib suatu KaumNya Kecuali Kaum Itu Sendiri.
Apabila diterjemahkan secara polos, Tentu saja Tuhan tidak akan merubah seseorang tanpa disertai dengan serentetan usaha yang dijalani oleh seseorang tersebut, dan sebenarnya kegagalanlah yang menjadi pemicu keberhasilan seseorang dalam menjalani hidupnya. Tidak akan indah suatu keberhasilan yang dicapai dengan sangat mudah, tanpa kegagalan tak akan pernah bisa kita mensyukuri sebuah nilai dari suatukeberhasilan.
Muncul pertanyaan lain: lalu kenapa lebih banyak kegagalan yang ditemui daripada keberhasilan itu sendiri???
Telah banyak contoh yang kita bisa teladani. Namun hal yang paling mendasar bahwasanya keberhasilan merupakan rentetan kegagalan-kegagalan yang bertumpuk menjadi suatu anugrah yang indah dari Tuhan. Kita takkan pernah mensyukuri arti sebuah keberhasilan apabila dengan mudahnya pula kita tak pernah mau untuk belajar tentang nilai dari sebuah kegagalan.
Seorang ilmuwan, dalam menciptakan sebuah ilmuwan tentu saja telah melewati serangkaian kegagalan sebelum mencapai keberhasilannya. Pilihan ilmuwan tersebut adalah untuk kembali melakukan usaha setelah mempelajari serentetan kegagalan-kegagalan yang telah dia lalui. Apabila ilmuwan tersebut memilih untuk tidak melanjutkan usahanya maka mustahil dia bisa menemukan apa yang dia cari. Bukankah seharusnya kita pun demikian adanya???
Seandainya setelah pun kita telah berusaha dengan maksimal namun kemudian tak juga kita temukanapa yang kita cari, maka ternyata disana letaknya usaha pencapaian kita yang maksimal dan tentu saja itupun juga bukanlah takdir. Karena masih banyak variabel-variabel yang lain yang belum terjamah oleh akal dan hati kita dan masih menjadi rahasia Tuhan yang kuncinya ternyata berasal dari dalam diri kita sendiri yang mungkin belum tersentuh dengan sebuah usaha yang lain. Lantas yang kemudian pilih adalah apakah kita berhenti sampai disini ataukah kembali kita lanjutkan usaha ini demi mencapai apa yang kita mau, menemukan apa yang kita cari. Karena sebenar-benarnya takdir adalah pencapaian yang maksimal akan diri kita sendiri dan tentu saja pilihan Tuhan itu adalah Pilihan Kita sendiri.
Label:
Kolom Curhat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan Komentar Anda