Sabtu siang, Makassar dalam keadaan yang terik ketika kami beranjak dari Three’s Net, kali ini sebuah perjalanan dadakan dalam sebuah misi mengantar seorang petualang asing dari sebuah negri yang sangat jauh menuju salah satu puncak tinggi di Sulawesi Selatan; Lompobattang. Mr.Daniel P.Quinn; begitulah nama lengkapnya, namun kami sangat dekat dengan memanggilnya dengan sebutan Sir. Beliau adalah seorang Guru Bahasa Inggris pada sekolah Internasional Korea di Jakarta. Tidak terlalu fasih dalam berbahasa Indonesia, namun bercita-cita untuk menjejakkan kakinya di 100 puncak gunung di Indonesia. Hingga saat ini, beliau sudah menjejakkan kakinya di sekitar 50 Puncak Gunung di Indonesia. Bersama Dr.Andy Dean, beliau tergabung dalam GUNUNG BAGGER yang merupakan pusat informasi dan panduan tentang Gunung-gunung yang ada di Indonesia.
Perjalanan dadakan, begitu menurut saya mengingat kurangnya persiapan dan perencanaan dalam perjalanan ini. Sejatinya, saya baru dikabari tentang perjalanan ini tepat pada jumat malam tanggal 9 september 2011. Rencananya perjalanan akan dimulai pada tanggal 10 September 2011 pukul 03.00 WITA Dini hari. Bersama Arnan Maulana dengan mengendarai Jupiter kami pun segera meluncur ke Three’s Net yang merupakan tempat yang disepakati sebagai titik start. Namun ternyata perjalanan ditunda hingga pukul 09.00 WITA, ada kesempatan untuk berbenah (begitu menurut pemahamanku). Waktu yang tersisa itu kami sempatkan untuk sedikit membenahi perlengkapan yang akan kami bawa. Packing Tahap I, begitu kami menyebutnya.
Rencananya Arnan Maulana juga hendak turut bersama kami dalam perjalanan ini, namun ternyata ada sesuatu hal yang sangat penting sehingga akhirnya dia pun dengan sangat berat memutuskan untuk tidak turut serta. Maybe next time katanya…Asikkk..!! dan akhirnya kami berlima : Rio Pane, Dede Darmanto, Yoel Khaidir, Yoshi Rogang, dan Tentu saja saya sendiri; Alul yang melakukan perjalanan ini menemani Mr.Daniel P.Quinn. Mendekati pagi hari, saya pun akhirnya bisa memejamkan mata dan terbangun oleh Rio yang membangunkan untuk melakukan packing tahap II.
Tanpa persiapan dan perencanaan yang matang, akhirnya misi nekat ini pun kami sepakati untuk terus dilaksanakan. Pukul 11.19 WITA, sebuah mobil pariwisata telah menantikan di depan dan tiba saatnya bagi kami untuk berangkat. Satu persatu teman kami salami. Turut mengantar kami hingga ke mobil, ada Akmal Ihsan yang merupakan Ketua Umum OLH MAHESA mengingat 3 orang dalam rombongan merupakan anggota MAHESA dan Tri Wahyuni selaku pemilik warnet. Selamat Siang!!! Sebuah sambutan yang hangat dari Mr.Daniel begitu kami beranjak ke dalam mobil. Turut bersama kami ada pula Om Dodo dari Makassar Backpacker dan tentu saja Om Driver yang tangguh.
Pukul 11.26 WITA, mobil pun meninggalkan Three’s Net menuju Lembangbu’ne, Desa Terakhir di kaki gunung Lompobattang. Sekiranya om Dodo akan turut mengantarkan kami hingga ke desa terakhir, namun ternyata di perempatan Alauddin – Pettarani Om Dodo memutuskan untuk mengantarkan kami sampai disitu saja. Mungkin karena pertimbangan overload sehingga beliau memutuskan untuk mengantar sampai disitu. Setelah berpamitan, mobil pun kembali melaju.
Memasuki Kabupaten Gowa, mobil pun berhenti sejenak di depan salah satu supermarket untuk sekedar membeli rangsum dan perlengkapan lainnya. Dan keluar dari sana dengan sedikit kecewa karena ternyata tidak memenuhi daftar list rangsum kami. Kami pun berpikir mobil akan kembali singgah untuk membelinya di tempat lain, namun ternyata mobil tak kunjung singgah hingga akhirnya tiba di Rumah Tata’ Juma di Desa Lembangbu’ne pada pukul 16.16 WITA. Perjalanan yang panjang memasuki desa Lembangbu’ne dengan suguhan jalan pengerasan membuatku sedikit mual, saya berpikir Mobil ini hanya mengantar sampai depan mesjid namun ternyata mobil ini tetap setia mengantarkan kami hingga tepat di depan rumah Tata’ Juma. Sangat berbeda dengan kebiasaanku menempuh jarak kurang lebih 2 Km dari depan mesjid ke rumah Tata’ Juma yang ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan pengerasan. Ini ketiga kalinya saya ke Lompobattang dan baru kali ini diantar hingga di depan rumah Tata’ Juma.
Disana kami disambut dengan hangat oleh Tuan rumah. suhu yang mulai dingin kami lalui dengan suguhan kopi hangat yang disajikan oleh Istri Tata’ Juma dan seolah tak cukup dengan itu, Kami pun kembali disuguhi Makan malam dan tentu saja tanpa berpikir panjang kami pun kembali menghabiskannya mengingat kami memang belum makan dan benar-benar lapar!!
Pukul 18.43 WITA, setelah Magrib berlalu kami pun memulai perjalanan dari Rumah Tata’ Juma menuju POS I Lompobattang. Rio, Dede, Yoel, Yoshi, saya, dan Mr.Daniel pun berdoa dan berpamitan kepada tuan rumah dan Om Driver yang memutuskan untuk tidak ikut mendaki. Sebenarnya jarak dari Rumah Tata’ Juma menuju POS I tidaklah terlalu jauh, tetapi Dede yang menjadi Leader pada saat itu agak ragu dan kebingungan dalam memilih jalur mengingat suasana gelap sudah menyelimuti desa Lembangbu’ne pada saat itu.
Agak lama juga kami melewati POS I hingga akhirnya kami pun tiba pada pukul 19.20 WITA. Jalur pendakian dengan dipenuhi semak belukar dan bebatuan membuat kami agak kesulitan terutama dalam menyesuaikan ritme nafas dan kaki. Saat-saat seperti itulah yang kembali mengingatkan saya akan Latihan Fisik yang biasa kami lakukan menjelang melakukan perjalanan, dan saya sangat menyesal tidak melakukannya akhir-akhir ini.
Perjalanan malam itu benar-benar sangat menguras tenaga kami, dengan nafas yang berat, langkah kaki yang berat ditambah lagi beban yang berat membuat kami kesulitan dalam mengejar waktu. Sesekali angin kencang disertai butiran air membuat kami menggigil. Dalam kesulitan itu, diam-diam saya menaruh kagum kepada Mr.Daniel yang tetap fit dan sepertinya sama sekali tidak merasakan dingin. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, dan ternyata suhu yang dingin itu sudah biasa baginya. Di negaranya bahkan lebih dingin dari suhu pada saat itu.
Sesekali kami berhenti untuk mengambil nafas, dan setiap kali berhenti dingin pun kembali menjalari tubuh kami. Saat itu saya berada pada barisan yang paling belakang, di depanku ada Yoel yang nampaknya sangat mengalami kesulitan. Seringkali Yoel mempersilahkan saya untuk mendahuluinya, namun untuk memberinya motivasi saya berkata kepadanya : “Yoel, kalau kamu tertinggal di belakang akan lebih mempersulit tim untuk kembali mencarimu. Lebih baik kamu tetap di depanku. kamu tahu saya penderita Hypotermia. Kalau kamu berhenti terlalu lama, setidaknya kasihanlah sama saya..saya pasti akan mati kedinginan di belakangmu.” Dan saya pun tetap berada di belakang dalam barisan. Perlu dicatat pula, kurangnya senter juga turut memperlambat mobilisasi kami malam itu. Beberapa kali kaki yang tersandung batu atau akar pohon semakin membuat kami kelihatan payah di mata Mr.Daniel.
Pukul 11.23 WITA, kami pun tiba di POS V. melihat kondisi Tim yang dalam keadaan yang sangat kelelahan dan cuaca yang sudah tidak bersahabat kami pun merubah rencana dan memutuskan untuk Camp disana dan mendirikan tenda, rencana kali ini adalah beristirahat dan melanjutkan perjalanan pada pukul 03.00 WITA dini hari. Namun ternyata rencana ini pun juga tidak berjalan mulus. Tanggal 11 September 2011 Pukul 03.00 Dini hari, cuaca masih tidak bersahabat di luar tenda..dan tubuh inipun masih dalam keadaan yang payah. Kami pun melanjutkan beristirahat sambil menunggu cuaca kembali bersahabat. Pada POS ini, ada rombongan pendaki lain yang telah terlebih dahulu disana.
Tanggal 11 September 2011 Pukul 05.59 WITA, saya terbangun kembali oleh Rio yang mengingatkan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Saya pun segera bergegas bangun dan mempersiapkan diri. Walaupun sudah pagi, tapi nampaknya matahari belum juga menampakkan sinarnya. Kabut yang disertai butiran air masih menghiasi POS V pada saat itu. Pukul 06.23 WITA, berempat (Rio, Dede, Saya, dan Mr. Daniel) kembali melanjutkan perjalanan ke Puncak Lompobattang. Yoel dan Yoshi memutuskan tetap tinggal untuk mengurangi beban sambil memulihkan diri. Yach, saya berpikir dengan Tim yang semakin ramping dan tanpa beban tentu saja akan mempercepat mobilisasi kami.
Naasnya, di tengah perjalanan menuju POS VI spontan saja penglihatanku hitam, Dada sesak, kaki pun kaku dan sulit untuk digerakkan. Hembusan angin yang disertai butiran air semakin memperparah keadaanku. Dengan berat hati pun saya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan menyerahkan bendera dan kamera kepada Rio. Terinspirasi oleh Film SANCTUM, saya memutuskan untuk tinggal dan tidak melanjutkan perjalanan. Bertiga mereka kembali melanjutkan perjalanan. Setelah melihat mereka semakin menjauh saya pun memutuskan kembali ke camp di POS V. kaki ini masih kaku oleh dinginnya suhu, dengan merangkak saya kembali ke POS V..
Setelah berada di POS V, dengan segera Yoel dan Yoshi memberikan SB hangat dan saya pun kembali memejamkan mata. Sekitaran Pukul 10.00 WITA saya pun terbangun dan mendapati teman-teman dari Rombongan pendaki yang lain yang sedang Packing dan hendak menuju ke Kaki gunung, setelah terlibat dalam percakapan yang lama baru akhirnya saya tahu kalo mereka ternyata berasal dari MAPALA 09 TEKNIK UNHAS.
Tak selang beberapa lama, mereka pun akhirnya berangkat menuju kaki gunung. Saya membangunkan Yoel dan Yoshi untuk sekedar packing dan mempersiapkan perlengkapan, termasuk menurunkan salah satu tenda dari dua tenda yang kami dirikan. Setelah itu, kami pun memasak air dan menyeduh kopi. Tiada hal yang paling indah di dunia ini melebihi minum kopi, merokok, dan mengobrol di gunung.
Pukul 11.28 WITA, akhirnya Tim yang berangkat ke puncak yang terdiri atas Rio, Dede, dan Mr.Daniel tiba di POS V. dari Dede saya tahu kalau mereka tiba di POS IX pada pukul 08.43 WITA dan tiba di Puncak pada pukul 09.10 WITA. Ternyata Rio juga memutuskan untuk berhenti di POS IX dan tidak melanjutkan perjalanan ke puncak, jadi hanya Dede dan Mr.Daniel yang tiba di Puncak. Dari Mr.Daniel saya tahu kalau Puncak Gunung Lompobattang berkabut.
Setelah menikmati sajian 2 Bungkus Mie Instan dalam satu Nesting kami santap beramai-ramai, sementara Mr. Daniel menyantap sekaleng kacang Polong. Beliau adalah seorang Vegetarian dan tidak merokok, sesuatu hal yang tidak lazim bagi kami. Pukul 12.20 WITA, kami beranjak meninggalkan POS V menuju rumah Tata’ Juma di kaki gunung Lompobattang. Perjalanan pulang kali ini lebih mudah dibandingkan perjalanan kemarin. Selain lebih banyak penurunan, beban yang mesti kami bawa pun lebih ringan, dan tentu saja badan kami yang sudah fit setelah beristirahat dan makan secukupnya.
Dalam perjalanan pulang, kami bertemu kembali dengan rombongan dari MAPALA 09 TEKNIK UNHAS di POS II. Pada kesempatan ini, kami disajikan kopi panas..kami pun menyempatkan diri untuk sekedar singgah dan mencicipinya. Sungguh keramahan ini tiada hal yang tak tertandingi bagi kami, mengingat keesokan harinya (12 September 2011), terjadi perang antara Fakultas Teknik melawan Fakultas ilmu-ilmu Sosial (termasuk Ekonomi). Sungguh sangat disayangkan.
Tepat pada pukul 14.09 WITA, kami pun tiba di rumah Tata’ Juma. Nampaknya Mr.Daniel agak terburu-buru untuk segera kembali ke Makassar. Dia berkata dalam bahasa Ibunya: “saya mau kembali ke Makassar sebelum gelap”. Jadi kami pun buru-buru packing dan membersihkan diri ala kadarnya. Setelah semuanya siap dan hendak berpamitan kepada Tuan Rumah, Tuan Rumah melarang kami pulang dulu sebelum mencicipi kopi yang telah dihidangkan. Telah menjadi kebiasaan bagi warga Bugis dan Makassar, apabila dihidangkan sesuatu (apalagi kopi) maka pantang untuk ditinggalkan tanpa dicicipi. Jika tidak, maka biasanya akan terjadi sesuatu hal yang buruk bagi kita. Untuk itu, Kami pun kembali kedalam rumah. Agak kesulitan juga saya menjelaskan Arti kata PAMALI dalam bahasa inggris kepadanya, namun satu hal yang pasti adalah Mr.Daniel setuju untuk sekedar mencicipi kopi tersebut.
Pukul 15.41 WITA, setelah mencicipi kopi buatan istri Tata’ juma dan berpamitan, kami pun berangkat meninggalkan Desa Lembangbu’ne menuju Makassar. Perjalanan pulang ini kami lalui dengan tertidur dalam keheningan. Mungkin karena kelelahan ataukah kelaparan. Sesekali terbangun karena terbentur untuk kemudian tertidur lagi.
Satu persatu kami terbangun, mungkin karena kelaparan. Satu persatu rumah makan kami lalui, hanya bau masakannya saja yang membuat kami kenyang. Pukul 19.55 WITA, rombongan tiba di Makassar dan langsung menuju ke rumah Om Dodo. Kami pun disambut dengan hangat dan disuguhi dengan makanan yang kami idam-idamkan.”Thanks Om Dodo”. Dirumah beliau juga, kami disuguhi pertunjukan sulap yang atraktif yang diperagakan sendiri oleh Om Dodo. Dan akhirnya tiba saatnya kami untuk berpamitan dan mobil pun perlahan meninggalkan kediaman Om Dodo menuju ke Three’s Net di Jalan Wijaya Kusuma. Kami tiba pukul 21.13 WITA dan berpamitan dengan Mr.Daniel setelah menurunkan barang-barang dari Mobil. Perlahan-lahan Mobil yang telah mengantarkan kami beranjak menjauh dan hanya menyisakan titik merah dari pandangan saya. See You, Mr.Daniel…May God bless You!!! Semoga Sukses selalu dengan cita-cita 100 Gunung Indonesiamu.
Laporan Perjalanan oleh Alul de Conan
003/MAHESA/PENDIRI/2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan Komentar Anda