Hujan sementara mengguyur kota Makassar malam ini..membasahi bumi tamalanrea yang telah lama kering. Langit kota Makassar memang telah lama mendung, jarang biru. Namun, entah mengapa di malam inilah Tuhan menurunkan rahmatnya di bumi tamalanrea ini. Rahmat bagi mereka yang telah lama mendambakan penyejuk bagi raganya. Hujan kali ini telah menggoreskan haru yang mendalam bagiku, luka yang semakin bernanah oleh korekan tanganku sendiri, semakin menguak memperlihatkan daging yang telah rusak…terlalu berlebihan, namun itulah gambaran yang sebenarnya yang cuma bisa saya analogikan seperti itu saja.
Sebelum hujan, dia sempat menelponku..cukup singkat menurutku, namun dalam suasana yang singkat itu dia hadir untuk kemudian mengingatkan dosa-dosa yang telah kulakukan. Kemudian kami berbicara tentang bagaimana kami akan maju ke depan. Saya cuma bisa berkata, bahwa tak dapat kubayangkan ketika saya sudah tak ada disisinya barulah kemudian dia sadar arti hadirku untuknya. Saya cuma bisa berkata, jangan pernah tinggalkanku dan saya pun tak sanggup meninggalkannya. Dan saya cuma bisa berharap semoga dia bisa membaca tulisan ini. Saya rapuh tanpanya, dan saya tak ingin meninggalkannya.
Hujan kali ini cukup deras, namun terlalu singkat. Apakah bisa kembali menyejukkan kota Makassar yang panas? Saya ingat waktu dia menelponku tadi. Dia berkata : panas sekali..dan sambil bergurau saya Cuma bisa bilang: pake payung..tapi nampaknya gurauanku pun tak dia hiraukan sama sekali. Terlalu jengkel barangkali dia kepadaku, mungkin juga terlalu hina baginya. Wajar saja menurutku, saya sudah terlalu hina di matanya. Barangkali Tak pantas lagi diriku baginya.
Hujan diluar sana masih deras, sambil mengetikkan kata per kata, kalimat per kalimat, sebuah lagu dari samsons membahana di ruang dengarku”..mungkin aku tidaklah sempurna, tetapi hatiku memilikimu di sepanjang umurku..”sangat tepat dengan romansa yang sementara kujalani, sementara melekat di dinding hatiku. Ingin kunyanyikan lagu ini untuknya, sebuah lagu dari seorang pejuang yang kalah di pertempuran yang telah dibuat oleh orang lain dan kuperjuangkan hanya untuk dia!!! Hanya untuk dia!!! Selepas lagu itu, masih sambil mengetik, di benakku berkecamuk sebuah pertanyaan. Apakah yang hina dari mempertahankan, mengapa orang-orang memojokkanku? Saya hanyalah korban dari sebuah permainan yang telah dia buat, dan tragedi hari kemarin bukanlah sebuah pembalasan melainkan wujud pembelaanku terhadap cintaku. Tragedi hari kemarin adalah klimaks dari semua hal yang membuncah didadaku. Terlalu banyak tragedi yang terjadi di hari kemarin, dan adapun tragedi yang kumaksud cukuplah saya dan dia yang pahami, dan sekali lagi semoga dia bisa membaca tulisan ini. Saya Cuma bisa berkata betapa berharganya dia bagiku, dan semoga semuanya bisa mengerti itu. Tolong jangan ganggu ruang ini, hanya saya dan dia yang bisa memasukinya. Terlalu egokah saya dalam hal ini??? Dan hujan diluar sana pun Cuma bisa mengguyurkan tetes per tetes air seolah menggantikan tetes per tetes airmata yang tak sanggup lagi kutumpahkan.
Terlalu berlebihan barangkali ketika saya berkata tak dapat lagi kutegakkan kepalaku tanpa hadirmu menemaniku. Tapi percayalah, inilah ungkapan yang terjujur yang pernah kuhaturkan untuk dia. Saya sama sekali tak sanggup untuk berkata selamat tinggal, tak sanggup pula kuucapkan “I miss u” ketika kelak dia tak berada disisiku dan saya benar-benar merindukannya. Rinduku akan selalu bersamanya, bersama dia. Untuk dia, dengarlah, sayang..Sebuah kesalahan yang besar ketika ku meninggalkanmu, walaupun hampir semua orang berkata dan bahkan memaksaku untuk meninggalkanmu, bahkan ketika kamu pun berkata untuk meninggalkanmu. Tak sanggupku untuk meninggalkanmu, setelah semua yang telah kita lalui bersama.
Dia, ketika dia membaca tulisan ini, saya akan mengganti kata DIA dengan KAMU. Saya benar-benar mencintaimu, tragedi hari kemarin semakin menguatkanku bahwa saya benar mencintaimu, saya pun berani untuk menanggalkan pakaian hidupku ketika kamu memutuskan untuk berlalu dariku. Sudah cukup kamu telah menghempaskanku di duka yang terdalam, dan saya seorang manusia bodoh masih tetap bertahan ketika tersakiti seperti ini. Saya cuma berharap kamu bisa mengerti, Cuma saya yang bisa tetap bertahan ketika kamu coba hempaskan berulang-ulang kali. Salahkah saya ketika tetap bertahan untuk sebuah keyakinan itu?? Saya serius dan masih dalam keadaan yang waras ketika mengetik tulisan ini.
Hujan di luar telah reda menghembuskan aroma segar pasir yang terguyur air. Membangkitkan memori-memori yang menurutku indah, beberapa bulan belakangan ini. Romantisme sms di pagi hari yang bertuliskan “ I Love U”, ciuman hangat di kening, menyeka mukaku yang bercucuran keringat, manjamu yang tak dapat kubantahkan, ungkapan polos dan sederhanamu untuk memperbaiki diri serta menggapai masa depan, dan semua hal-hal lain yang telah berlalu beberapa bulan belakangan ini. Dan ketika kelak kamu pun memutuskan untuk meninggalkan dan berlalu dariku, kumohon kenanglah aku di sepanjang hidupmu sebagai seorang pejuang yang telah berputus asa ketika mencoba mempertahankan keyakinannya. Ada sebuah harga yang mahal yang harus kita korbankan ketika kita memutuskan untuk mengetahui sebuah makna yang besar.dan untuk sebuah makna yang besar bagimu, saya siap untuk mengorbankan milikku yang paling berharga, satu-satunya yang saya miliki. Dan ketika kamu telah selesai membaca tulisan ini, semoga kamu bisa mengerti mengapa saya harus begini, karena kamulah yang terakhir dalam hidupku.
Saya menyayangi dia melebihi apapun, saya pun mencintai dia dengan hidupku, karena dia adalah kamu ketika kamu telah selesai membaca tulisan ini. Dan akhirnya hujan diluar telah reda, namun tetap menyisakan mendung dilangit timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan Komentar Anda