Anda mungkin tidak perlu menangis agar dapat mencerna tulisan ini, tidak perlu juga anda membaca dengan teliti agar dapat memahaminya..
Anda cukup membuka mata hati anda untuk dapat mengerti bahwa perih dan sakit yang anda dapatkan ketika anda sadar bahwa sesuatu yang berada disekeliling anda kini telah berpindah tempat. Tidak lagi pada posisi yang biasa anda maklumi.
Anda cukup membuka mata hati anda untuk dapat mengerti bahwa sesuatu apapun itu barulah terasa arti keberadaannya ketika sesuatu itu hilang ataupun beranjak meninggalkan anda. Betapapun anda mencarinya, tak akan pernah bisa menggantinya dengan sesuatu apapun itu.
Anda mungkin bisa mendengarkan kisah ini, tapi anda tak perlu untuk meneteskan airmata agar bisa menangkap pesan yang tersirat didalamnya. Belajar memaknai hidup, akan berarti pula belajar untuk memaknai arti kehadiran, pertemuan, perpisahan dan ketiadaan.
Berbicara tentang perpisahan, Banyak orang yang mampu untuk belajar dengan cepat, namun banyak pula tenggelam dan larut dalam kesedihannya. Ada orang yang mampu memaknai serta mengendalikan perpisahan tersebut, namun ada pula orang yang tak berdaya memaknainya bahkan tergerus dalam ombak kesedihan.
Anda dan saya mungkin adalah sebuah cermin refleksi yang menggambarkan dengan nyata peristiwa kontradiksi ini. Anda dan saya ternyata sama. Ketika saya terlarut dalam kesedihan ini, ternyata anda sudah terlebih dahulu mendiami lembah ini. Dan hal itulah yang sebenarnya membuat ombak ini tak kunjung reda. Namun juga, anda dan saya juga ternyata berbeda dalam membijaksanai perpisahan ini. Ketika saya larut didalamnya, anda telah berhasil untuk sekedar memanipulasi perasaan anda. Berpura-pura tegar dan kelihatan tegak, namun saya takjub dan menganggap anda hebat. Setidaknya dalam hal itu, tak mampu saya untuk berbicara banyak.
Lebih jelas lagi saya gambarkan, peristiwa ini telah memberikan hamparan makna yang tak jua saya temui di tempat yang lain. Betapa berharga arti kehadiran dalam roda kehidupan seseorang. Gelombang motivasi dan tempat berbagi tentu saja memberikan spirit tersendiri dalammenikungi hidup (saya bahasakan menikungi setelah lelah menjalaninya dengan lurus).
Makna yang terbesar yang saya temukan dari serangkaian tantangan ini adalah, ternyata betul tak ada manusia yang keras dan tangguh. Tak ada satu pun manusia. Jikalau dapat saya analogikan, ternyata batu bukanlah logam mulia, dia Cuma sebongkah batu yang berada di dalam goa yang ditetesi air secara teratur sehingga mengakibatkan lubang pada sumbu yang sama, semakin lama akan semakin besar. Ketika tiba waktunya air berhenti menetes, batu pun merana dan menangisi kemana gerangan air yang selama ini menetesinya. MENYESAL..(sebuah kata yang jikalau dapat saya tuliskan sebagai padanan kata) batu pun menyesali dirinya yang ternyata bukan sebuah logam mulia. Ketika mencari kemana air yang selama ini menetesinya, namun tak ada satu pun benda yang mampu memberikan petunjuk kepadanya. Dan akhirnya batu pun memimpikan dirinya sebagai sebuah logam mulia sembari menantikan waktu yang datang menggerus dan mengikis dirinya hingga akhirnya rapuh dan menjadi debu. Namun, dirinya tetaplah bukan logam mulia.
Setelah ini saya yakin, ada setitik terang cahaya yang mendekapku. Anda betul, TUHAN tak akan mencoba kita tak mampu untuk melaluinya. Seketika masalah ini menderaku, semakin terkuras pula energiku dan pikiranku untuk sekedar mencari jalan untuk mempertahankannya. Tak akan kusiakan kesempatan ini, secuil apapun itu. Dan sekarang saya masih terus berjuang untuk itu. TUHAN selalu beserta orang-orang pemberani.
Jadi, anda memang betul-betul tidak perlu menangis agar dapat mencerna keadaan ini. Perpisahan kali ini ternyata memberikan makna untuk sebuah perjumpaan yang lebih hangat di masa akan datang. Ketika itu terangkai bersama akan mengoreskan senyum menggantikan sendu kali ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan Komentar Anda