Pages

Update

CARA INDIAN MENDEWASAKAN ANAK LELAKINYA

Sabtu, 22 Februari 2014

SEBUAH LAPORAN PERJALANAN SOSIALISASI RASKIN 2014



Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.

Anak laki-laki tersebut dibawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut.

Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

#

Di pagi yang cerah, di hari Kamis tanggal 9 Januari 2014. Setelah melalui proses perencanaan yang matang. Kami pun melakukan sebuah perjalanan ke PINOGU. Sebuah daerah yang selama ini cukup familiar di telinga namun sebenarnya asing bagi kami untuk menjejakkan langkah disana. Tim yang terdiri dari  Bapak Ramadin Ruding (Kabid PP Divre Sulut dan Gorontalo), Bapak S.C.Hermanses (Kasi PQC Divre Sulut dan Gorontalo), Bapak Juharnon Lalundo (Wakasubdivre Gorontalo), Bapak Defri K. Madja (Kasi PPU Subdivre Gorontalo), Beserta Penulis dengan dikawal oleh pihak Kepolisian Resort Bone Bolango. Adapun perjalanan ini ditempuh dalam rangka Sosalisasi Raskin untuk tahun alokasi 2014 sekaligus untuk menapak sendiri jarak yang sesungguhnya untuk bisa sampai ke daerah tersebut, mengingat daerah tersebut dianggap sebagai salah satu daerah pedalaman yang terpencil sehingga sulit dilakukan penyaluran Raskin di daerah tersebut.

Kami berangkat dari Kantor Subdivre Gorontalo diantar langsung oleh Ibu Lusyiana Gobel selaku Kasubdivre Gorontalo sekaligus dilepas dengan resmi oleh beliau hingga menuju ke desa terakhir yakni Desa Tulabuolo, Kecamatan Suwawa Timur, yang menjadi satu-satunya pintu masuk menuju Pinogu. Dari sana kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Sepeda motor yang telah dimodifikasi sedemikian rupa untuk menghadapi medan perjalanan yang memang cukup parah dan menantang.

Perjalanan sepanjang 64 Km sekiranya dalam keadaan normal dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih sejam perjalanan. Namun tidak demikian halnya perjalanan kali ini. Melintasi kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, mendaki pegunungan, menuruni lembah, membelah sungai, serta menyusuri setapak jalan yang berlumpur dalam dan tanah merah yang lembab cukup memicu adrenalin.

Pinogu adalah sebuah kecamatan yang baru saja dimekarkan dari Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, yang terdiri dari lima desa yakni Desa Pinogu, Desa Bangio, Desa Pinogu Permai, Desa Tilonggibila dan Desa Dataran Hijau. Desa berpenduduk 2.447 jiwa ini berada di pedalaman hutan kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang terletak pada posisi geografis  0°20' - 0°49' LU, 123°08' - 124°14' BT.  Disebabkan berada pada kawasan Taman Nasional tersebut sehingga akses jalan menuju ke desa tersebut tidak dapat dibangun sebagaimana mestinya sehingga tidak dapat untuk diakses dengan menggunakan kendaraan roda empat.

Ada tiga cara menuju Pinogu, yakni lewat udara dengan helikopter, berjalan kaki menembus hutan dan melewati lereng gunung, atau naik ojek dengan ongkos sekali jalan Rp 250.000. Bagi kebanyakan warga Pinogu, keluar dan kembali ke desa mereka hanya mungkin dilakukan dengan berjalan kaki. Perlu fisik prima dan mental baja untuk berjalan kaki menuju Pinogu. Bagi yang belum terbiasa, perlu waktu 9-10 jam berjalan kaki ke Pinogu.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 7 Jam, kami tiba di Kantor Kecamatan Pinogu. Kami pun disambut dengan hangat oleh Bapak Moh. Idris Mataihu selaku Camat Pinogu. Tak menunggu lama, tanpa membuang-buang waktu melalui pengeras suara yang dihidupkan dengan Tenaga Genset, Pak Camat pun langsung menginformasikan kepada Para Kepala desa, pemuka adat beserta tokoh masyarakat agar dapat segera berkumpul di kantor camat. Dalam waktu yang relatif singkat, warga pun mulai berdatangan dan memenuhi Kantor Camat untuk memenuhi panggilan Camatnya. Penulis pun mengambil kesimpulan, betapa Pak Idris merupakan sosok yang disayangi dan dihormati oleh warganya. Pada kesempatan itu pula, Sosialisasi Raskin 2014 kami laksanakan dengan dipimpin oleh Bapak Idris selaku camat dan Bapak Ramadin, bapak Juharnon, dan Bapak Edi dari Polres Bone Bolango sebagai pembicara. Dari pertemuan ini, warga Nampak antusias dalam mendengarkan penjelasan-penjelasan mengenai Program Raskin 2014.

Pada Sosialisasi tersebut, kami menemukan sebuah masalah yang mendasar pada pelaksanaan penyaluran Raskin untuk Tahun alokasi-alokasi sebelumnya. Selama ini, Raskin untuk masyarakat Pinogu hanya sampai di Kantor Kecamatan Suwawa Timur yang sebelumnya menjadi Induk Kecamatan sebelum Pinogu resmi dimekarkan menjadi kecamatan sendiri. Sulitnya medan tempuh (hanya dapat dilalui dengan Sepeda motor atau berjalan kaki) dan mahalnya biaya angkut ke Pinogu sehingga beras Raskin sebanyak 4.005 Kg untuk 267 RTS penerima manfaat tidak dapat menjangkau wilayah Pinogu. Ada perbandingan selisih harga yang cukup besar disebabkan biaya angkut yang cukup besar. Sebagai perbandingan, biaya angkut 1 sak semen dihargai sebesar Rp.250.000,- atau sama dengan Rp.5.000/Kg. hal yang sama pun berlaku untuk mengangkut komoditi kita kesana. Selama ini, Raskin untuk masyarakat Pinogu hanya dapat diantarkan hingga Kecamatan Suwawa Timur yang merupakan Titik Distribusi yang telah disepakati antara Perum Bulog dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sesuai kesepakatan yang telah dibuat oleh Pemda bersama masyarakat Pinogu, maka beras raskin untuk masyarakat Pinogu dilelang dan hasilnya diberikan kepada masyarakat Pinogu sehingga masyarakat tetap dapat menikmati manfaatnya.

Sementara itu, sangatlah sulit untuk membedakan antara masyarakat Penerima Manfaat dengan Non Penerima Manfaat disebabkan kondisi ekonomi yang hampir merata diklasifikasikan sebagai masyarakat kurang mampu. Begitu pula untuk barang-barang yang masuk ke wilayah tersebut. Sehingga dalam sebuah musyawarah desa disepakatilah sebuah keputusan agar pendistribusian bantuan-bantuan dilaksanakan dengan mekanisme berbagi secara merata.

Walaupun tanah di Pinogu sangat subur, memiliki hasil bumi yang melimpah seperti Kopi, Kemiri, Durian, Kakao, Jagung dan Beras yang kesemuanya tersebut merupakan hasil bumi organik tanpa menggunakan zat kimia dan masih dikelola secara tradisional. Namun hasil tersebut tidak dapat dijual dalam jumlah yang besar ke luar wilayah tersebut mengingat medan yang sulit untuk diakses sehingga biaya angkut yang dibutuhkan sangatlah besar. Hal inilah yang mengakibatkan sulitnya tercapai peningkatan taraf kesejahteraan bagi masyarakat Pinogu. Bagaimanapun juga Kecamatan Pinogu yang dikenal dengan sebutan daerah pengembangan H2O (Hortikultura Herbal Organik) membutuhkan daerah pemasaran yang lebih luas sehingga dapat menjadi pertambahan Income yang signifikan bagi masyarakat Pinogu.

Terkhusus untuk komoditi Beras organik Pinogu dengan hasil rata-rata sebanyak 1,5 Ton/Ha dalam sekali panen dianggap belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat setempat. dengan adanya Program pembukaan lahan persawahan baru yang sementara berlangsung seluas 200 Ha yang dicanangkan oleh Pemda Bone Bolango bekerjasama dengan Departemen Pertanian sehingga ke depannya dituntut peran aktif Perum Bulog sehingga hasil komoditi tersebut dapat diserap dan langsung didistribusikan untuk masyarakat setempat sebagai Raskin Daerah sehingga selisih dari harga pembelian tersebut diharapkan dapat menggerakkan roda ekonomi masyarakat sehingga memacu peningkatan kualitas taraf hidup bagi masyarakat pinogu. Tentu saja hal tersebut dapat terlaksana apabila terjalin sebuah sinergi yang baik diantara para stakeholder yang berperan untuk itu. Walaupun masih sebatas wacana, namun sekiranya dapat menjadi angin segar yang membawa perubahan bagi masyarakat Pinogu. Perum Bulog Subdivre Gorontalo harus sigap menanggapi itu sebagai sebuah langkah Taktis atas permasalahan yang terjadi. Selayaknya harus ada kebijakan mikro yang menjamin para petani pedalaman yang merupakan penerima manfaat utama dengan kehadiran Perum Bulog.

Pada akhir sosialisasi, terbangunlah sebuah kesepahaman betapa pentingnya Program Raskin yang tetap harus menjangkau hingga ke pelosok-pelosok namun dengan segala daya dan upaya tentunya harus terus dipikirkan kembali bagaimana solusi-solusi yang bersifat strategis dalam mengatasi serangkaian permasalahan yang terjadi di Pinogu. Tentu saja, akses jalan segera diperbaiki masih menjadi harapan bagi masyarakat Pinogu. Bagaimanapun juga, akses jalan yang memadai menjadi gerbang bagi kesejahteraan masyarakat pinogu.

#



Di akhir tulisan ini, penulis kembali mengajak pembaca yang budiman untuk menyimak Cerita Rakyat Indian pada bagian awal tulisan ini. Darinya kita dapat menarik satu hal. Bagaimana pun juga, kami selaku Insan Perum Bulog khususnya Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo tidak hanya berpangku tangan dan tidak melakukan pembiaran atas apa yang terjadi pada masyarakat pada daerah pedalaman. Dalam hal ini, Perum Bulog tetap berperan aktif dan senantiasa berpartisipasi dalam upaya pendistribusian Raskin bagi masyarakat tersebut. Sekiranya hal yang menjadi solusi atas permasalahan tersebut tidak terlepas dari adanya serangkaian mekanisme kebijakan yang jelas-jelas mengarah keberpihakannya pada masyarakat pedalaman tersebut diatas.

Kebijakan yang berpihak kepada masyarakat adalah Kebijakan yang pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. kebijakan yang lebih bersifat adaptif dan intepratatif, meskipun kebijakan juga mengatur "apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh". Kebijakan tersebut juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan tetap pula harus memberi peluang diintepretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.

Dapat dianalogikan bahwasanya Perum Buloglah yang memerankan sosok ayah yang berdiri tidak jauh dibelakang anaknya sepanjang malam, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam sambil terus berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

Perum Buloglah yang senantiasa mengawal, sembari terus memikirkan solusi yang tepat untuk masyarakat Pinogu sehingga mereka tetap dapat menikmati manfaat dari kehadiran Perum Bulog. Tahun baru 2014 merupakan Tahun Tantangan baru. Insya Allah, Perum Bulog sanggup menjawabnya…amin.


Sumber : Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan Komentar Anda

 

Most Reading

Popular Posts