Pages

Update

Bersikap Seperti Air

Jumat, 28 Januari 2011

Apakah ada perbedaan yang signifikan antara mengkader dan mendidik..? saya rasa kita semua sepakat bahwa di antara keduanya meskipun sedikit, namun kita semua sepakat bahwa perbedaan yang sedikit itu tidaklah berarti dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dari keduanya. Terkadang tekanan yang datang bertubi-tubi baik yang datangnya dari luar maupun yang datangnya dari dalam diri kita sendiri bisa melemahkan semangat dan mental kita dalam melakoni hal ini. Namun sesungguhnya tekanan yang datangnya dari dalamlah tekanan yang paling berat yang bisa merintangi niat tulus kita. Faktor bermain perasaan dan kondisi kejiwaan bisa saja meruntuhkan kerangka ide dan pikir kita dalam mendidik.

Emosi, terkadang membuat kehilangan kontrol atas penguasaan diri kita. Kecewa, terkadang membuat kita menjadi apatis lagi, cuek, dan acuh tak acuh terhadap mereka yang akhirnya bisa saja membuat mereka yang kita kader menjadi prematur akibat di tinggalkan sebelum masanya tiba. Cengeng dan sentimental, meninggalkan kesan tak berwibawa di mata mereka yang kita kader yang sebenarnya masih menganggap kita sebagai sosok yang ideal di mata mereka. Ada pula sebagian orang yang menumpahkan airmatanya dalam mendidik, apakah itu sebagai wujud ekspresi kesedihan yang mendalam, emosi yang tak teraktualkan, kekecewaan berlebihan, ataukah ada hal lain yang menjadi pemicu sehingga airmata itu tertumpah di hadapan mereka.

Dalam mendidik, yang menjadi pusat sorotan kita adalah nilai yang kita bawa untuk mereka. Bagi mereka, performance yang tentunya menjadi acuan pandangan bagi mereka . Airmata yang tertumpah tersebut yang justru menandakan kelemahan mental sang pendidik, mengakibatkan ketidakpercayaan dan bahkan menjadi acuh tak acuh lagi terhadap sang pendidik maupun terhadap nilai yang dibawanya.

Penguasaan diri yang baik, cerdik melihat situasi, serta keselarasan antara pola tingkah dan nilai yang dibawa oleh sang pendidik tentunya akan menjadi sorotan utama bagi mereka yang kita didik. cengeng dan bersikap lemah tentunya akan menimbulkan kesan tidak percaya lagi baik terhadap pendidik maupun bagi nilai yang dibawanya. Padahal sebenarnya kita bisa menjadi kuat dihadapan mereka, kuat karena bisa menahan emosi, kuat karena menanggung kecewa, serta kuat karena mampu menutupi kesedihan yang berlebihan.

Mereka mungkin akan memilih-milih kedekatan dan keakraban berdasarkan cara pendekatan yang diterapkan oleh sang pendidik. Bagi mereka yang terlalu konsisten dalam kelembutan akan menimbulkan kesan tak mudah marah sehingga dengan mudah pula untuk dipermainkan. Namun ada pula yang terlalu konsisten dalam kekerasan; sehingga jangankan untuk dekat, memandang matanya pun seakan tak sanggup bagi mereka. Terlalu lembut maupun terlalu keras tentu saja tidak akan meninggalkan kesan dan melekatkan nilai yang kita bawa dalam benak mereka. Dalam hal ini, Tak ada salahnya bersikap seperti air. Tenang, dalam, sejuk, menyegarkan namun  menghanyutkan. Ada kekerasan yang teratur terselip dalam kelembutannya,  dan begitu pula sebaliknya.

Pengkaderan yang mulia itu adalah hanya semata-mata untuk memperbaiki jalan hidup orang lain. Hal itu berarti pula bahwa sebenarnya kita sayang dan peduli terhadap mereka yang kita kader. Terkadang harus lembut, terkadang pula keadaan harus memaksa kita untuk keras. Yakini dan niatkanlah itu semata-mata untuk kebaikan mereka yang kita sayangi. begitulah cara kita menyayangi mereka. Ketika kita menjadi keras biarkanlah mereka akan menganggap anda sebagai sosok yang jahat, tapi percayalah justru melalui tangan andalah suatu saat nanti mereka akan sadar bahwa sebenarnya anda dan nilai yang anda bawalah yang membawa perubahan yang positif terhadap mereka kelak. Percayalah ada pahala yang terselip disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan Komentar Anda

 

Most Reading

Popular Posts