Pages

Update

Saya Adalah Seorang Mahasiswa Tingkat Akhir

Selasa, 13 Oktober 2009

Oktober, bulan ke sepuluh dalam kalender Masehi yang dapat berarti juga adalah sebuah kesempatan terakhir untuk mengikuti ujian terakhir atau yang akrab dikenal dengan nama ujian meja dalam sebuah kalender akademik yang telah ditetapkan oleh universitas. Dalam bulan oktober pula, kalangan militer memperingatinya sebagai bulan yang bersejarah yan mana pada salah satu hari didalamnya diperingati sebagai hari jadi Angkatan bersenjata Republik Indonesia. 5 oktober, dirgahayu ABRI. Tak ada peran yang tak penting didalam republik ini, dan sebagai seorang mahasiswa, Satu-satunya korelasi yang dapat ditemukan antara Hari Jadi ABRI dengan kondisiku saat ini adalah semangat juang dan jiwa Nasionalisme Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang telah menularkannya kepadaku sehingga termotivasi untuk segera menyelesaikan studiku saat ini. Dan sebagaimana yang telah ditetapkan adanya bahwa, seorang Mahasiswa diwajibkan membuat sebuah Skripsi untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Namun, di bulan oktober ini pula ketika hampir semua mahasiswa tingkat akhir sedang bergelut dengan tugas akhirnya atau yang akrab kita sebut dengan istilah Skripsi, ketika hampir semua mahasiswa tingkat akhir membiasakan diri dengan istilah ‘menyusun’ sambil tersenyum tentu saja, ketika jiwa dan raga terpanggil untuk segera menuntaskan tugas mulia ini, Makassar dan sekitarnya mengalami pemadaman listrik bergilir. Ketika baru saja hendak menyalakan monitor komputer, ketika semangat menggebu-gebu untuk segera mengerjakannya, Makassar gelap gulita. Tugas akhir pun tertunda untuk beberapa waktu kemudian, mungkin untuk 2 hingga 3 jam ke depan. Ketika mencoba mengakali keadaan ini untuk segera menuju ke tempat teman sekedar menumpang mengetik, disanapun dapat dijumpai keadaan yang sama. Pemadaman lstrik bergilir, mengapa di bulan oktober?

Tidak sedikit sumpah serapah yang sempat terekam oleh indera pendengarku. ketika membuka situs jejaring sosial, hal yang sama pun tertuang disana. Sumpah serapah, caci maki, hinaan, ocehan, celaan, keluhan, bahkan teriakan histeris pun tak sedikit yang kujumpai di bulan ini. Apa yang salah dengan bulan ini? Ketika mencoba bijak terhadap keadaan ini, kutelusuri google untuk mencari penyebab dari semua ini, satu alasan yang pasti dan sangat masuk akal bagi saya untuk memberikan predikat sebagai alasan yang terbaik. ‘ketidakseimbangan cuaca oleh pemanasan global mengakibatkan debet air pada pembangkit listrik yang diharapkan mampu menyuplai tenaga pada pembangkit listrik tenaga air tidak mencukupi untuk memutar turbin yang mampu mengubah dari energi gerak menjadi tenaga listrik, begitulah kira-kira.

Saya tidak memaki, tidak pula mencela, apalagi sampai berteriak histeris. Saya cuma menyayangkan, apabila mencermati konsep sebab dan akibat, pemadaman ini cuma merupakan akibat dari segala kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipungkiri bahwa kita pun juga memiliki andil didalamnya. Pemakaian energi dan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak sewajarnya, pola konsumsi yang serakah merupakan sebab dari segala kerusakan ini. Seharusnya dalam keadaan seperti ini, hal yang paling pertama yang harus dilakukan adalah mau mengerti. Bahwa, sewajarnya sebagai warga Negara yang baik kita setidaknya mampu memberikan dukungan secara moril kepada pihak yang terkait agar bisa segera terlepas dan menyelesaikan kemelut ini. Pihak yang terkait pun juga jangan sampai menutup mata atas keadaan ini. Sebagai pihak yang telah diamanahkan untuk mengelola hajat hidup orang banyak, seharusnya masalah ini jangan sampai dibiarkan berlarut-larut. Kasihan rakyat yang telah melaksanakan kewajibannya membayar iuran setiap bulannya dan harus merelakan perabot listriknya yang rusak karena pemadaman bergilir ini, kasihan Mahasiswa Tingkat Akhir yang diamanahkan untuk segera menuntaskan tugas mulianya sebagai warga Negara yang baik, yang diharapkan dapat berguna bagi kemajuan agama, nusa dan bangsa.

Saya tidak memaki, tidak pula mencela, apalagi sampai berteriak histeris. Saya cuma menyayangkan, sampai sekarang skripsi ini masih tergantung. Skripsi lambat selesai, akibat pemadaman bergilir. Bukan alasan klasik, namun konyol apabila sampai diutarakan kepada para pembimbing skripsi. Begitulah kira-kira, tulisan ini saya buat bukan sebagai pembenaran atas kemalasan seorang mahasiswa tingkat akhir, bukan pula karena turunnya semangat juang untuk segera menuntaskan tugas mulia ini. Untuk sekedar teman-teman ketahui, sampai sekarang seorang mahasiswa tingkat akhir ini masih terus berjuang untuk menyelesaikan tugas akhirnya ditengah keadaan kota Makassar yang sedang mengalami pemadaman listrik bergilir, mencoba membijaksanai keadaan ini dengan berbagai metode. Termasuk metode nomaden atau hidup(mengetik) berpindah-pindah berbanding kontra mengikuti ritme pemadaman listrik.

Saya, Mahasiswa tingkat akhir yang sementara berjuang menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana. Mahasiswa tingkat akhir ini mengilustrasikan dirinya sebagai laron-laron yang bergerak dan berkumpul mengelilingi bola lampu yang memancarkan cahaya. Dan tentu saja hal itu berarti, saya tak sendirian. Ternyata banyak Mahasiswa tingkat akhir yang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhirnya ditengah keadaan kota Makassar yang sedang mengalami pemadaman listrik bergilir, yang juga mencoba membijaksanai keadaan ini dengan berbagai metode. Dan dengan segala usaha telah ditempuh, maka dengarkanlah Yaa ALLAH, raja yang menguasai segala makhluk di dunia ini (termasuk laron-laron dan mahasiswa tingkat akhir), terangilah kembali kota Makassar, tunjukkanlah jalan bagi kami agar terselesaikan permasalahan ini berdasarkan kehendakMu; agar tak ada lagi perabotan yang rusak; agar tak ada lagi Sumpah serapah, caci maki, hinaan, ocehan, celaan, keluhan, bahkan teriakan histeris; agar semakin cepat selesai skripsi ini sehingga seorang mahasiswa tingkat akhir dapat segera menjadi seorang sarjana yang baik dan berguna bagi kemajuan agama, nusa dan bangsa. Yaa ALLAH, sesungguhnya Engkau adalah maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha bijaksana, mendengarkan doa hambaNya yang teraniaya. Kabulkanlah doa kami ini Yaa ALLAH, Amin Yaa Robbal Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan Komentar Anda

 

Most Reading

Popular Posts