Pages

Update

Sajak-Sajak Sapardi Djoko Damono

Senin, 30 November 2009


Sajak Kecil Tentang Cinta

Mencintai Angin Harus menjadi Siut

Mencintai Air Harus menjadi Ricik

Mencintai Gunung Harus menjadi Terjal

Mencintai Api Harus menjadi Jilat

Mencintai Cakrawala Harus menebas jarak

Mencintaimu menjelma aku


NOKTURNO

KUBIARKAN CAHAYA BINTANG MEMILIKIMU

KUBIARKAN ANGIN YANG PUCAT

DAN TAK HABIS-HABISNYA GELISAH…

TIBA-TIBA MENJELMA ISYARAT MEREBUTMU,

ENTAH KAPAN KAU BISA KUTANGKAP


AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…


Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu,


tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu,

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu.



SUKMAKU DI TANAH MAKASSAR

Oleh : Ram Prapanca

Sukmaku di Tanah Makassar
Negeri bayang-bayang
Negeri timur matahari terbit

Gunung-gunung perkasa
Lembah-lembah menganga
Pohon-pohon purba
Kuburan-kuburan tua

Di dalam kelambu penuh dupa
Berhadap-hadapanlah dengan Dewata
Dengan berlapis-lapis pakaian sutera
Musik dan tari saling berlaga

Sukmaku di Tanah Makassar
Memburu anoa di rimba belantara
Menangkap kupu-kupu di tebing-tebing terjal
Mengejar derai-derai daunan basah
Memanjat pohon-pohon lontar
Di bawah naungannya bertempat gelanggang sabungan ayam
Di belakang sekian gumam sinrili' siap membunuh kekecewaan
dengan badik dan tukul besi

Sukmaku di Tanah Makassar
Bersayap angingmammiri bersiul membelai kota dengan nilai-nilai
Menunggang kuda jantan dengan lari kencang membawa impian
Ke garis kemenangan

Kerikil-kerikil merah bermukim gemerincing
Pasir putih membentang panjang berkilauan

Sukmaku di Tanah Makassar
Bersampan pinisi dengan layar daun lontar
Dengan panji-panji sutera warna-warni
Mengejar debur ombak menjilat lekuk gelombang
Menyelam ke rahang-rahang karang menyunting kerang
Menyelam ke dasar tasik memetik mutiara

Sukmaku di Tanah Makassar
Negeri ayam jantan
Negeri pelaut ulung

Sukmaku di Tanah Makassar
Kemana pun aku pergi
Di mana pun aku melambai
Gadis-gadis pakarena selalu menyanyi, menari di hatiku

Selamat tinggal puncak Lompobattang
Selamat tinggal hulu Je'ne' berang
Selamat tinggal kampung Galesong
Selamat tinggal pantai Barombong
Selamat tinggal pulau Kodingareng
Selamat tinggal kaki Bawakaraeng
Selamat tinggal Karaeng

Sukmaku di Tanah Makassar
Mengejar I buri, mengejar juku eja
Mengejar debur ombak menjilat lekuk gelombang

Sukmaku di Tanah Makassar
Melengking bersama pui-pui
Merancak bersama parappasa
Menggemuruh bersama pakkanjara

Sukmaku di Tanah Makassar
Meski Malino tidak berpohon lagi
Meski Jeneponto tidak berkuda lagi
Meski Losari tidak berair lagi
Meski Somba Opu tidak berpuing lagi

Sukmaku di Tanah Makassar
Sukmaku di Tanah Makassar
Sungguh Karaeng,
Meski kita terpisah beribu gelombang...

Selamat Kepada MAHESA!!!

Rabu, 25 November 2009


Tao Te Ching mengatakan bahwa laut merupakan kumpulan air yang terbesar karena kedudukannya lebih rendah daripada yang lain. Semua air mengalir ke laut. Itu merupakan salah satu gagasan tentang kepemimpinan paling cemerlang yang pernah saya dengar. Kemuliaan lautan yaitu kebesarannya, digambarkan sebagi hasil kerendah-hatian atau kerendahannya. Sangat banyak pemimpin yang mengarungi jalan kehidupan mereka dengan kemuliaan, tetapi buta terhadap pentingnya kerendah-hatian saat mereka berhadapan dengan orang lain.
Selamat Atas Terpilihnya Saudara Muh.Agung Pratama
Sebagai KETUA UMUM OLH MAHESA PERIODE 2009-2010
Selamat Berkarya, Selamat Berjuang!!!
HIDUP MAHESA!!!

KODE ETIK PECINTA ALAM

  1. Mengabdi Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memelihara Alam Beserta Isinya, Beserta Menggunakan Sumber Daya Alam Sesuai Batas Kebutuhan.
  3. Mengabdi Kepada Bangsa Dan Tanah Air.
  4. Menghormati Tata Kehidupan Yang Berlaku pada Masyarakat Sekitarnya. Menghargai Manusia dan Kerabatnya.
  5. Berusaha Mempererat Tali Persaudaraan Antara Pencinta Alam Sesuai Dengan Asas Pencinta Alam.
  6. Berusaha Saling Membantu Serta Saling Menghargai Dalam Pelaksanaan Pengabdian Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Dan Tanah Air.
  7. Penutup.

Audioslave - Like A Stone

Minggu, 22 November 2009


On a cobweb afternoon
In a room full of emptiness
By a freeway I confess
I was lost in the pages
Of a book full of death
Reading how we'll die alone
And if we're good we'll lay to rest
Anywhere we want to go

In your house I long to be
Room by room patiently
I'll wait for you there
Like a stone I'll wait for you there
Alone

On my deathbed I will pray
To the gods and the angels
Like a pagan to anyone
Who will take me to heaven
To a place I recall
I was there so long ago
The sky was bruised
The wine was bled
And there you lead me on

In your house I long to be
Room by room patiently
I'll wait for you there
Like a stone I'll wait for you there
Alone, alone

And on I read
Until the day was gone
And I sat in regret
Of all the things I've done
For all that I've blessed
And all that I've wronged
In dreams until my death
I will wonder on

In your house I long to be
Room by room patiently
I'll wait for you there
Like a stone I'll wait for you there
Alone, alone

My Chemical Romance - I Don't Love You


Well, when you go
So never think I'll make you try to stay
And maybe when you get back
I'll be off to find another way

And after all this time that you still owe
You're still the good-for-nothing I don't know
So take your gloves and get out
Better get out
While you can

When you go
Would you even turn to say
"I don't love you
Like I did
Yesterday"

Sometimes I cry so hard from pleading
So sick and tired of all the needless beating
But baby when they knock you
Down and out
It's where you oughta stay

And after all the blood that you still owe
Another dollar's just another blow
So fix your eyes and get up
Better get up
While you can
Whoa, whooa

When you go
Would you even turn to say
"I don't love you
Like I did
Yesterday"

Well come on, come on

When you go
Would you have the guts to say
"I don't love you
Like I loved you
Yesterday"

I don't love you
Like I loved you
Yesterday

I don't love you
Like I loved you
Yesterday


Click HERE For Song

Alter Bridge - Broken Wings


Fight the fight alone
When the world is full of victims
Dims a fading light
In our souls

Leave the peace alone
How we all are slowly changing
Dims a fading light
In our souls

In my opinion seeing is to know
The things we hold
Are always first to go
And who's to say
We won't end up alone

[CHORUS]

On broken wings I'm falling
And it won't be long
The skin on me is burning
By the fires of the sun
On skinned knees
I'm bleeding
And it won't be long
I've got to find that meaning
I'll search for so long

Cry ourselves to sleep
We will sleep alone forever
Will you lay me down
In the same place with all I love

Mend the broken homes
Care for them they are our brothers
Save the fading light in our souls

In my opinion seeing is to know
What you give
Will always carry you
And who's to say
We won't survive it too

[CHORUS]

Set a-free all
Relying on their will
To make me all that I am
And all that I'll be

Set a-free all
Will fall between the cracks
With memories of all that I am
And all that I'll be

[CHORUS]

The Beatles - Yesterday

Yesterday, all my troubles seemed so far away
Now it looks as though they're here to stay
Oh, I believe in yesterday.

Suddenly, I'm not half to man I used to be,
There's a shadow hanging over me.
Oh, yesterday came suddenly.

Why she had to go I don't know she woldn't say.
I said something wrong, now I long for yesterday.

Yesterday, love was such an easy game to play.
Now I need a place to hide away.
Oh, I believe in yesterday.

Mm mm mm mm mm.

30 Second To Mars - From Yesterday

He's a stranger to some
And a vision to none
He can never get enough,
Get enough of the one

For a fortune he'd quit
But it's hard to admit
How it ends and begins
On his face is a map of the world
(A map of the world)
On his face is a map of the world
(A map of the world)
From yesterday, it's coming!
From yesterday, the fear!
From yesterday, it calls him
But he doesn't want to read the message here

On a mountain he sits, not of gold but of sin
through the blood he can look, see the life that he took
From the council of one
He'll decide what he's done with the innocent

On his face is a map of the world
(A map of the world)
On his face is a map of the world
(A map of the world)

From yesterday, it's coming!
From yesterday, the fear!
From yesterday, it calls him
But he doesn't want to read the message
He doesn't want to read the message
Doesn't want to read the message here

On his face is a map of the world

From yesterday, it's coming!
From yesterday, the fear!
From yesterday, it calls him
But he doesn't want to read the message here
From yesterday,
From yesterday,
From yesterday, the fear
From yesterday,
From yesterday
But he doesn't want to read the message
But he doesn't want to read the message
But he doesn't want to read the message here

Secondhand Serenade - Fall For You

The best thing about tonight’s that we’re not fighting
Could it be that we have been this way before
I know you don’t think that I am trying
I know you’re wearing thin down to the core

But hold your breath
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you is impossible to find
You’re impossible to find

This is not what I intended
I always swore to you I’d never fall apart
You always thought that I was stronger
I may have failed
But I have loved you from the start
Oh

But hold your breath
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you is impossible to find
It’s impossible

So breathe in so deep
Breathe me in
I’m yours to keep
And hold onto your words
Cause talk is cheap
And remember me tonight
When your asleep

Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you is impossible to find
Tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you is impossible to find
You’re impossible to find

Kuharap DIA Bisa Membaca Tulisan Ini

Sabtu, 21 November 2009

Makassar, 21 November 2009, 20.26 wita…

Hujan sementara mengguyur kota Makassar malam ini..membasahi bumi tamalanrea yang telah lama kering. Langit kota Makassar memang telah lama mendung, jarang biru. Namun, entah mengapa di malam inilah Tuhan menurunkan rahmatnya di bumi tamalanrea ini. Rahmat bagi mereka yang telah lama mendambakan penyejuk bagi raganya. Hujan kali ini telah menggoreskan haru yang mendalam bagiku, luka yang semakin bernanah oleh korekan tanganku sendiri, semakin menguak memperlihatkan daging yang telah rusak…terlalu berlebihan, namun itulah gambaran yang sebenarnya yang cuma bisa saya analogikan seperti itu saja.

Sebelum hujan, dia sempat menelponku..cukup singkat menurutku, namun dalam suasana yang singkat itu dia hadir untuk kemudian mengingatkan dosa-dosa yang telah kulakukan. Kemudian kami berbicara tentang bagaimana kami akan maju ke depan. Saya cuma bisa berkata, bahwa tak dapat kubayangkan ketika saya sudah tak ada disisinya barulah kemudian dia sadar arti hadirku untuknya. Saya cuma bisa berkata, jangan pernah tinggalkanku dan saya pun tak sanggup meninggalkannya. Dan saya cuma bisa berharap semoga dia bisa membaca tulisan ini. Saya rapuh tanpanya, dan saya tak ingin meninggalkannya.

Hujan kali ini cukup deras, namun terlalu singkat. Apakah bisa kembali menyejukkan kota Makassar yang panas? Saya ingat waktu dia menelponku tadi. Dia berkata : panas sekali..dan sambil bergurau saya Cuma bisa bilang: pake payung..tapi nampaknya gurauanku pun tak dia hiraukan sama sekali. Terlalu jengkel barangkali dia kepadaku, mungkin juga terlalu hina baginya. Wajar saja menurutku, saya sudah terlalu hina di matanya. Barangkali Tak pantas lagi diriku baginya.

Hujan diluar sana masih deras, sambil mengetikkan kata per kata, kalimat per kalimat, sebuah lagu dari samsons membahana di ruang dengarku”..mungkin aku tidaklah sempurna, tetapi hatiku memilikimu di sepanjang umurku..”sangat tepat dengan romansa yang sementara kujalani, sementara melekat di dinding hatiku. Ingin kunyanyikan lagu ini untuknya, sebuah lagu dari seorang pejuang yang kalah di pertempuran yang telah dibuat oleh orang lain dan kuperjuangkan hanya untuk dia!!! Hanya untuk dia!!! Selepas lagu itu, masih sambil mengetik, di benakku berkecamuk sebuah pertanyaan. Apakah yang hina dari mempertahankan, mengapa orang-orang memojokkanku? Saya hanyalah korban dari sebuah permainan yang telah dia buat, dan tragedi hari kemarin bukanlah sebuah pembalasan melainkan wujud pembelaanku terhadap cintaku. Tragedi hari kemarin adalah klimaks dari semua hal yang membuncah didadaku. Terlalu banyak tragedi yang terjadi di hari kemarin, dan adapun tragedi yang kumaksud cukuplah saya dan dia yang pahami, dan sekali lagi semoga dia bisa membaca tulisan ini. Saya Cuma bisa berkata betapa berharganya dia bagiku, dan semoga semuanya bisa mengerti itu. Tolong jangan ganggu ruang ini, hanya saya dan dia yang bisa memasukinya. Terlalu egokah saya dalam hal ini??? Dan hujan diluar sana pun Cuma bisa mengguyurkan tetes per tetes air seolah menggantikan tetes per tetes airmata yang tak sanggup lagi kutumpahkan.

Terlalu berlebihan barangkali ketika saya berkata tak dapat lagi kutegakkan kepalaku tanpa hadirmu menemaniku. Tapi percayalah, inilah ungkapan yang terjujur yang pernah kuhaturkan untuk dia. Saya sama sekali tak sanggup untuk berkata selamat tinggal, tak sanggup pula kuucapkan “I miss u” ketika kelak dia tak berada disisiku dan saya benar-benar merindukannya. Rinduku akan selalu bersamanya, bersama dia. Untuk dia, dengarlah, sayang..Sebuah kesalahan yang besar ketika ku meninggalkanmu, walaupun hampir semua orang berkata dan bahkan memaksaku untuk meninggalkanmu, bahkan ketika kamu pun berkata untuk meninggalkanmu. Tak sanggupku untuk meninggalkanmu, setelah semua yang telah kita lalui bersama.

Dia, ketika dia membaca tulisan ini, saya akan mengganti kata DIA dengan KAMU. Saya benar-benar mencintaimu, tragedi hari kemarin semakin menguatkanku bahwa saya benar mencintaimu, saya pun berani untuk menanggalkan pakaian hidupku ketika kamu memutuskan untuk berlalu dariku. Sudah cukup kamu telah menghempaskanku di duka yang terdalam, dan saya seorang manusia bodoh masih tetap bertahan ketika tersakiti seperti ini. Saya cuma berharap kamu bisa mengerti, Cuma saya yang bisa tetap bertahan ketika kamu coba hempaskan berulang-ulang kali. Salahkah saya ketika tetap bertahan untuk sebuah keyakinan itu?? Saya serius dan masih dalam keadaan yang waras ketika mengetik tulisan ini.

Hujan di luar telah reda menghembuskan aroma segar pasir yang terguyur air. Membangkitkan memori-memori yang menurutku indah, beberapa bulan belakangan ini. Romantisme sms di pagi hari yang bertuliskan “ I Love U”, ciuman hangat di kening, menyeka mukaku yang bercucuran keringat, manjamu yang tak dapat kubantahkan, ungkapan polos dan sederhanamu untuk memperbaiki diri serta menggapai masa depan, dan semua hal-hal lain yang telah berlalu beberapa bulan belakangan ini. Dan ketika kelak kamu pun memutuskan untuk meninggalkan dan berlalu dariku, kumohon kenanglah aku di sepanjang hidupmu sebagai seorang pejuang yang telah berputus asa ketika mencoba mempertahankan keyakinannya. Ada sebuah harga yang mahal yang harus kita korbankan ketika kita memutuskan untuk mengetahui sebuah makna yang besar.dan untuk sebuah makna yang besar bagimu, saya siap untuk mengorbankan milikku yang paling berharga, satu-satunya yang saya miliki. Dan ketika kamu telah selesai membaca tulisan ini, semoga kamu bisa mengerti mengapa saya harus begini, karena kamulah yang terakhir dalam hidupku.

Saya menyayangi dia melebihi apapun, saya pun mencintai dia dengan hidupku, karena dia adalah kamu ketika kamu telah selesai membaca tulisan ini. Dan akhirnya hujan diluar telah reda, namun tetap menyisakan mendung dilangit timur.


HITAM PUTIH

Selasa, 17 November 2009

Dibatas lelah
Kuhentikan, langkah hidup ini
Mungkin harusnya aku mengerti
Semua adanya
Bila... kubayangkan warna hidupku

Kulukis dunia hitam dan putih
Yang hanya berselang
Tawa... Tangis...

Ada saat
Kutenggelam, dilumpur - lumpur
Kupastikan, kuhempaskan
Diriku dijalanan lurus
Semua itu harus tertelan pahit dan manis

Aku memang manusia
Yang takkan mungkin
Harus selalu putih
Akupun tak ingin
Terlukis hitam lagi
Biarlah hidup
Berjalan lagi apa adanya

Hitam... Putih...
Pahit.... Manis...
Tawa.... Tangis....

PENCERAHAN

Minggu, 15 November 2009


Jikalau Aku Tak Pernah Mengenalmu
Aku Tidak Akan Bisa berdiri Setegak Ini
Terima Kasih Masa Lalu
Atas Pencerahan Ini...
Aku Akan Selalu Hidup
Untuk Mengenangmu...

Anang – Separuh Jiwaku Pergi

Separuh Jiwaku Pergi
Memang indah semua
Tapi berakhir luka

Reff:
Benar ku mencintaimu
Tapi tak begini
Kau khianati hati ini
Kau curangi aku

Kau bilang tak pernah bahagia
Selama dengan aku
Itu ucap bibirmu
Kau dustakan semua
Yang kita bina
Kau hancurkan semua


http://pojokalul.blogspot.com

Mencari suasana di tiang-tiang langit kota Makassar

Senin, 09 November 2009

Makassar,`6 November 2009. Menyusuri Makassar melalui aspal yang tak lagi lengang. Kali ini, macet dan berdebu. Makassar tlah macet dan berdebu, mungkin akibat kemarau berkepanjangan yang sedang melanda Makassar. Krisis air dan listrik, Makassar sedang dilanda kemelut akibat kemarau yang berkepanjangan ini.
Namun, kali ini kita tak sedang membicarakan Makassar dengan segala problematikanya. Kali ini saya lebih senang untuk menuliskan dan menceritakan tentang perjalananku hari ini. Menyusuri kota Makassar dan memandang Makassar melalui puncak-puncak tranggulasinya.
Dari tamalanrea menuju gedung graha pena Fajar, langsung saja melalui lift langsung ke puncak. Maaf, lantaran kali ini kita di kota besar, sebaiknya kita gunakan fasilitas yang telah disediakan untuk itu. Kali ini tak sepatutnya kita menjunjung idealisme pendaki, sebaiknya realistis saja. Tangga memang telah disediakan, namun sebaiknya untuk menghemat tenaga dan mengefisiensikan waktu, lift adalah satu-satunya kunci menuju ke puncak yang paling realistis. Maaf, kali ini tak ada tempat untuk idealisme. Realistis mungkin lebih indah saat ini.
Dari puncak graha pena, memandang Makassar dengan segala problematikanya, memandang segalanya yang tampak kecil dari atas, mengingatkanku ketika berada di puncak tranggulasi bawakaraeng, lompobattang dan sekitarnya. Sungguh indah berada di atas ketinggian, mungkin dengan cara seperti ini saya bisa sedikit merefresh pikiranku yang sekarang masih kalut dan galau. Memandang mahaproyek jalan laying disekitaran KM 4, memandang mega proyek Kalla Tower dari kejauhan, memandang gedung rektorat UNHAS, memandang keanggunan Mesjid Al markaz Al islami, memandang monumen Mandala, memandang hamparan laut nan perak ditimpa mentari.
Cukup lama saya berada disana, saya pun segera beranjak meninggalkannya. Suatu saat saya pasti kembali kesana. Kembali kedalam lift, saya menyempatkan diri untuk mengelilingi sudut graha pena, sudut per sudut, lantai per lantai. Dan begitu puas, langsung menuju ke basement.
Tujuan selanjutnya, kali ini pilihan saya jatuhkan kepada mesjid al markaz al islami. Mengagumi keanggunannya, memandangnya dari dekat, sangat dekat. Sejenak saya sandarkan kepalaku di salah satu pilarnya. Hari ini jumat, suasananya begitu ramai. Ramai oleh para jemaah yang kebetulan datang lebih awal untuk menunaikan sholat jumat, ramai oleh para pedagang yang setiap jumatnya datang ketempat ini untuk menjajakan dagangannya. Tanpa berpikir panjang, saya pun menuju ke tempat wudhu, sekedar mensucikan diri dan berharap semoga air wudhu ini bisa memberikan ketenangan bagiku, bisa menyejukkan hati ini, menjauhkanku dari perbuatan yang mungkar dan memberikan jalan yang lapang untuk sekedar berhenti bersuudzon. Setelah selesai berwudhu, kembali kudapati pilar mesjid yang agak sepi, kembali kusandarkan kepalaku, merenungi hari-hari yang telah lalu, meminta petunjuk untuk bisa sekedar melapangkan jalanku menuju pintu taubatNYA. Ya Allah, engkaulah Maha Perkasa.
Mesjid Al markaz semakin ramai, jalanan dan selasar yang tadinya lengang kini telah padat oleh para jemaat yang berlalu lalang dan ada pula yang sekedar menyandarkan bokongnya, mungkin terlalu lelah sehingga harus beristirahat sejenak. Sayangnya, saya Cuma memandangnya dari kejauhan. Saya sudah menemukan tempat yang teduh dan enggan untuk beranjak. Saya mendengarkan sayup-sayup suara yang menghanyutkan hati melalui pengeras-pengeras suara dari tiap-tiap sudut. Saya mendengarkan ceramah jumat kali ini yang entah dibawakan oleh siapa, saya tidak ambil pusing. Dan akhirnya iqamat dikumandangkan, saatnya merapatkan shaf untuk menunaikan 2 rakaat ini. Allahu Akbar!!!dalam hati yang haru saya akui, sudah terlalu lama saya meninggalkanmu yaa Allah.
Assalamualaikum warahmatullah..Assalamualaikum warahmatullah..akhirnya salam dikumandangkan melalui pengeras suara mesjid ini menandakan usai sudah 2 rakaat kali ini. Setelah menunaikannya, saya sempatkan diri untuk sejenak berkeliling mengitari mesjid Al markaz al islami, sudut per sudutnya sembari membayangkan kembali romantisme memori masa kanak-kanakku yang banyak kuhabiskan di tempat ini, hanya sekedar bernostalgia.
Selepas dari mesjid al markaz, kembali saya mendapati legendaku, kendaraan yang selama ini selalu setia menemaniku kemanapun saya mau (dan kemanapun dia MAMPU, hehehe). Dan akhirnya pilihan selanjutnya, saya jatuhkan ke atap GTC . entah kenapa saya memilih tempat ini. Mungkin karena dulu ditempat ini, saya banyak menghabiskan waktu bersamanya atau mungkin juga saya terpacu untuk mendatangi tempat ini disiang hari, disaat mentari bersinar dengan sangat teriknya. Maaf, selama ini saya Cuma mendatanginya di malam hari. Kali ini akhirnya berhasil juga saya mendapati tempat ini dibawah siraman sinar matahari yang terik.
Dari tempat ini, saya bisa memandang hamparan laut dari kejauhan, dari tempat ini saya bisa memandang trans studio berdiri dengan kokoh dari kejauhan, dan banyak sekali yang bisa saya pandang dari sini. Tentunya hembusan angin laut ikut menggetarkan hati dan perasaanku saat ini. Allahu Akbar, nuansa pos 9 lompobattang, pos 8 bulusaraung, dan puncak bawakaraeng serasa saya dapati ditempat ini. Hanya beton yang kupijak yang kembali membuatku tersadar bahwa sekarang saya tidak berada disana. Saya juga akhirnya sempat berpikir, pendaki terkadang menemui ajalnya di gunung, pemanjat terkadang mengakhiri hidupnya melalui peristiwa accidental dari ketinggian. Kira-kira dimana saya mendapatkan anugrah tersebut? Saya mengingat sebuah puisi dari soe hok gie; seorang tokoh yang kugilai dan kupuja sepenuh hati; isinya kurang lebih seperti ini : orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tepat tidur!!! Saya sepakat, GIE!!! Tak pantaslah bagiku untuk mati di tempat tidur. Namun jikalau Penciptaku menginginkan hal yang lain, maka kulafadzkan maknanya dengan ikhlas. Dan jikalau bisa saya meminta, jangan matikan aku ditempat tidur, ya Allah…biarlah raga ini menjadi humus bagi bumi ini dan jiwaku tetap hidup didalam hati orang-orang yang menyayangiku.
Kembali kudapati diriku yang termenung disini..entah dari tempat ini, kemana hendak kulangkahkan kakiku. Saya ingin mengitari kota Makassar sekali lagi, saya ingin mendapati tiap tiang-tiang langit kota Makassar ini, saya ingin mendapati nuansa pegunungan ketika ragaku tak berada disana..
Dan saya masih di atap GTC, kemana lagi hendak kulangkahkan kakiku setelah ini..ya Allah tuntunlah langkahku, berkatilah hambamu ini, Ya Allah…

Naff - Kenanglah aku

Minggu, 08 November 2009

Karamnya cinta ini
tenggelamkanku di duka yang terdalam
hampa hati terasa
kau tinggalkanku meski ku tak rela

salahkah diriku hingga saat ini
ku masih mengharap kau tuk kembali

mungkin suatu saat nanti
kau temukan bahagia meski tak bersamaku
bila nanti kau tak kembali
kenanglah aku sepanjang hidupmu

back to top

mungkin suatu saat nanti
kau temukan bahagia meski tak bersamaku
bila nanti kau tak kembali
kenanglah aku sepanjang hidupmu


Mengomentari Perjalanan I

Kamis, 05 November 2009


Kali ini sebuah perjalanan membuang diri. Perjalanan yang mengantarkan kakiku ke suatu lembah yang kerap oleh segelintir pendaki sering diplesetkan sebagai lembah putus cinta. Maaf, kali ini saya tidak sedang berada dalam kondisi demikian. Namun, mungkin perihnya bisa jadi serupa rasanya apabila saya bisa goreskan dalam catatan ini. 30 oktober 2009, tengah hari selepas sholat jumat. Kami bertujuh bertolak dari Makassar menuju Desa terakhir menuju kaki gunung bawakaraeng. Namun, sebelumnya kami menyempatkan diri untuk singgah ke SMU Neg 5 Makassar. Bagi teman-teman, kesempatan ini dipergunakan untuk sekedar membeli air mineral dan beberapa bungkus rokok. Lain halnya bagi saya, kesempatan ini saya pergunakan untuk menemuinya, sekedar pamit dan memberi sebuah kecupan di keningnya. Mungkin bisa jadi itu adalah kecupan terakhir dariku untuknya, tak ada salahnya saya berpikiran seperti itu mengingat resiko bagi seorang pendaki adalah menemui penciptanya di gunung pula, dalam dekapan sang Alam.

10 menit, Cuma 10 menit waktu bagiku untuk menemuinya. Setidaknya memberi spirit tersendiri bagiku. Entah apa yang ada dalam benaknya. Bertolak dari SMU Neg 5 Makassar, kami pun melanjutkan perjalanan melalui jalur Aroepala – Malino. Sebelum tiba di Malino, kayaknya Alam menyambut kami dengan air hujannya seolah menggambarkan suasana haru bagiku karena meninggalkannya seolah untuk selamanya dan perasaan haru untuk segera kembali melepaskan rinduku diasah oleh angin dingin pegunungan. Sekedar berteduh, kami menemukan sebuah warung gorengan dan disanalah kami sejenak berhenti dan menikmati gorengan danbeberapa gelas minuman hangat. Lumayan untuk sekedar menghangatkan suasana yang dingin oleh hujan yang mengguyur bumi saat itu.

30 menit, hujan pun reda, kami pun kembali melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di desa lembanna sebelum magrib. Ternyata jalur Kampung Beru – Lembanna sudah beraspal, kawan. Dengan demikian, kami pun tak perlu lagi untuk turun dari motor dan berjalan kaki sekitaran 30 menit untuk tiba di Lembanna dari Kampung Beru. Saya tidak mengerti, apakah hal tersebut adalah berita gembira ataukah berita buruk bagi kawan-kawan pendaki lainnya. Pikirku, mungkin berita buruk bagi mereka yang merasa kehilangan pemanasannya. Namun bagiku, tak ada salahnya berpikiran positif karena dengan ini, penduduk Lembanna dapat dengan mudah untuk mengangkut hasil kebunnya. PELAJARAN PERTAMA : “Tak ada salahnya berpikiran positif!!!”

Setibanya di Lembanna, kami pun merapatkan diri ke sebuah rumah milik seorang yang sangat familiar, bersahabat, dan bersahaja. Kami memanggilnya Tata’ Rasyid, orang tua bagi kami dan juga bagi ratusan bahkan ribuan pendaki lainnya. Tata’ Rasyid memang sangat akrab dikalangan pendaki mengingat beliau dengan bangganya mengabdi kepada Alam Bawakaraeng dengan mengabdikan dirinya sebagai Penolong bagi mereka yang tertimpa musibah disana. Oleh Tata’ Rasyid kami menemukan PELAJARAN KEDUA : “Ikhlas berbuat semata-mata Karena ALLAH SWT!!!”Luar biasa, tata’…semoga Allah SWT senantiasa memberikan Pertolongannya kepada Sang Penolong Kita.

Desa Lembanna, Desa yang berada di kaki gunung Bawakaraeng merupakan desa yang sangat Subur Tanahnya, Ramah warganya, penuh dengan suasana kekeluargaan. Disanalah kami menghabiskan waktu semalam untuk sekedar beristirahat, mengumpulkan tekad dan tenaga untuk kembali melanjutkan perjalanan keesokan harinya menuju Lembah Ramma’. Untuk menuju Ramma’, jalur yang ditempuh tetap melalui gerbang Pos Berdoa (sejalan dengan arah menuju puncak Bawakaraeng) namun, akhirnya jalur terbagi dua pada Pos I Bawakaraeng yang mana sebelah kiri menuju ke Puncak Bawakaraeng sedangkan jalur yang kanan akan menuju ke Lembah Ramma’.

Malam itu, Malam Sabtu 31 Oktober 2009, kami menghabiskan bulan oktober 2009 di desa yang indah ini. Menikmati makan malam yang nikmat dan beberapa gelas kopi penangkal hawa dingin pegunungan. Musim kemarau berkepanjangan ini menghembuskan angin dingin yang mampu menembus Jaket yang kukenakan. Selepas makan malam, kami kembali berbincang dengan Tata’ Rasyid. PELAJARAN KETIGA kami temui pada kesempatan itu : “Tak ingin Terkenal namun ingin selalu Dikenang.” Setidaknya prinsip itulah yang membuatnya tetap tegar melakoni hidupnya yang bersahaja namun bermakna. Perbincangan malam itu berlangsung singkat namun memberikan hamparan makna yang luas bagi kami.

Dalam Suasana yang Dingin Saya memberikan diri untuk keluar sekedar mencari Sinyal untuk menghubunginya. Dapat, namun Putus-putus menghasilkan Perbincangan rindu yang terputus-putus. Saat itulah saya merasakan lemah dan rapuh tanpa kehadirannya, disanalah saya menemukan fakta bahwa saya memang benar-benar mencintainya.Astri.
Dalam pencarian sinyal tersebut, saya juga menyempatkan diri untuk mengetok pintu Tata’ Rappe sekedar bertanya, “Apakah Teman-teman saya Dari MAHESA telah Tiba??” jawaban dari dalam : “Belum”. Saya pun kembali mencari sinyal, berhasil..namun, kali ini rasa kantuk darinya tak bisa ditahannya.kecewa berat melandaku. Dalam perasaan yang sedih kulangkahkan kakiku menuju ke rumah tata’ rasyid.

Sekitaran 30 menit kemudian, pintu tata’ Rasyid diketok. Ternyata kami kedatangan tamu yang taka sing bagiku. Saudara seorganisasi, Karmani, yude’ dan feby. Sekedar mengabarkan bahwa rombongannya telah tiba dan merencanakan melakukan perjalanan malam itu juga. Berani dan beresiko menurutku, namun bagi tata’, PELAJARAN KEEMPAT diungkapkannya : “Sama Tujuan namun berbeda Rejeki”, sekiranya hamparan makna itu membuka mata kami keesokan harinya bahwasanya setiap manusia memang telah diberikan rangkaian takdir oleh sang pencipta.

Setelah melepas rombongan karmani dkk, kami pun mengambil inisiatif untuk beristirahat dan melepas lelah. Suasana yang sunyi dan angin malam turut memberi andil bagi kami untuk segera memejamkan mata. Akhir Oktober – Awal November kami dapati di bawah atap rumah Tata’ Rasyid.

Keesokan harinya, setelah sarapan dan packing ulang, tepat jam 10 pagi kami pun pamitan kepada Tata’ Rasyid untuk melanjutkan perjalanan menuju lembah Ramma’. Dan seperti biasanya, selaku orang tua dan Sebagai seorang yang berpengalaman beliau pun tak henti-hentinya mengingatkan kami untuk selalu berhati-hati dan jangan berpisah dalam perjalanan. Pada kesempatan itu, PELAJARAN KELIMA : “Jikalau kamu mencintai Gunung, apabila hujan badai datang maka mundurlah, gunung takkan berpindah tempat. Namun Jikalau Gunung Mencintaimu, maka tinggallah untuk memberikan kesuburan bagi tanahnya, tinggallah dalam dekapannya menuju Sang Pencipta”.
***
 

Most Reading

Popular Posts