Sebaiknya Renungkan Kembali Mengapa Kita Harus Ke Gunung???
Senin, 31 Mei 2010
Sosok pencinta alam sebagaimana yang kita ketahui adalah sosok yang diharapkan bisa menjadi pelopor dalam menjaga serta melestarikan alam beserta kehidupan didalamya mencakup bagaimana dalam berpola serta berprilaku dalam kehidupan sehari-hari namun ironisnya, sebagaimana yang kita lihat dalam realitas yang sementara berkembang justru sosok pencinta alam tidak (ataukah belum) berada dalam kondisi yang kita harapkan bersama (FAKTA)..
Tidak ada yang salah dengan PENCINTA ALAMnya, sosok yang berada dalam PENCINTA ALAM tersebut yang tanpa dia sadari yang bertingkah seolah peduli namun kenyataannya tidak ambil pusing sama sekali akan keadaan tersebut. Alih-alih peduli akan Alam, peduli akan dirinya sendiri pun kita mungkin sepakat untuk mengatakan tidak!!! Apakah betul bisa kita katakan peduli apabila masih ada yang juga sosok pencinta alam yang masih mengkonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang??? Apakah ini yang kita namakan cinta??? tak ada dasar sama sekali akan hubungan yang simetris tentang menjaga kelestarian lingkungan beserta kehidupan didalamnya dengan masih mengkonsumsi barang-barang haram tersebut.
Belum lagi pengetahuan yang mendasar terkadang hanya dijadikan sebagai materi yang merupakan PROGRAM KERJA tanpa disadari akan pentingnya untuk dimiliki bagi setiap sosok tersebut. Bagaimana bisa untuk berbuat kalau kita tak tahu dan sama sekali tak paham??? Maka yang ada di dalam kepala sosok tsb hanyalah bagaimana untuk bisa SURVIVE ataukah keterampilan-keterampilan lainnya tanpa pernah mau untuk menyadari untuk apa dia harus pahami pengetahuan akan keterampilan tersebut. Apakah sosok pencinta alam tidak lagi harus belajar untuk mengetahui hal-hal yang lain selain daripada sekedar materi-materi keterampilan kepencintaalaman??
Sosok pencinta alam seolah-olah menjadi momok yang menakutkan dalam setiap sisi kehidupannya. Arogansi, solidaritas buta, dsb bisa kita ketemukan didalam sosok tsb. Bagaimana tidak??? Untuk bisa menjadi sosok pencinta alam harus melalui proses “diklat (atau apapun namanya)” yang notabene kekerasan bahkan”MENCABUT HAK ASASI MANUSIA” bisa kita temui di dalamnya. Berarti setiap sosok pencinta alam bisa berpeluang untuk menjadi penjahat Hak asasi manusia? Sangat kontradiksi dengan kata CINTA yang ada didalam nama PENCINTA ALAM tersebut.
Tak ada yang salah dengan PENCINTA ALAM, yang (mungkin) salah adalah sosok-sosok yang dengan bangganya kebetulan berada didalamnya yang dengan kebanggaannya tak mau lagi mengerti apalagi sadar untuk apa dia berada didalam organisasi yang sebenarnya suci tersebut, yang (mungkin) salah adalah sosok-sosok yang dengan bangganya kebetulan berada didalamnya yang dengan kebanggaannya tak mau lagi untuk mendengar saran serta kritikan-kritikan dari luar seolah Cuma sosok pencinta alam saja manusia yang hidup. MANUSIA adalah Khalifah yang diturunkan untuk menjaga dan melestarikan Alam beserta seluruh kehidupan didalamnya, dan sosok pencinta alam bukanlah satu-satunya manusia di muka bumi ini. Seluruh warga bumi berhak untuk menjaga dan melestarikan Alam beserta seluruh kehidupan didalamnya.
Percuma naik gunung jikalau menaklukkan diri sendiri saja sulit untuk dilakukan. Seharusnya segala sisi-sisi kelam manusia bisa dikeluarkan bersamaan dengan bercucurannya keringat yang menetes dalam perjalanan menuju ke puncak gunung. Puncak gunung yang sebenarnya justru berada dalam diri manusia itu sendiri.
Rasa-rasanya memang betul perlu ditinjau kembali mengapa setiap sosok pencinta alam harus ke puncak gunung padahal alam bukan hanya gunung saja…pencinta alam bukan pencinta gunung. Seharusnya setiap sosok pencinta alam mulai sekarang harus bisa untuk membuka mata dan hati untuk bisa melihat bahwasanya untuk menjaga serta melestarikan alam beserta kehidupan didalamnya harus berarti pula untuk bisa menjadi khalifah yang baik. Maksudnya, semoga bisa menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Mulai untuk membuka mata bahwasanya dengan memperhatikan manusia lain beserta kondisi disekelilingnya hal itu berarti langkah awal untuk menuju ke puncak gunung yang sebenarnya. Bukan puncak gunung yang biasa kita daki bersama.
Jikalau tak berbenah dan segera mengevaluasi diri, bukan tidak mungkin PENCINTA ALAM bisa kehilangan kesuciannya didalam perjuangan yang sebenarnya mulia ini. Bagaimana di satu sisi bisa memanusiakan manusia dalam sebuah konteks kaderisasi dan sementara disisi lain berperan aktif didalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Salam untuk sebuah perubahan yang kecil menuju sebuah perubahan yang lebih besar. Mulia ataukah hinanya sebuah organisasi berawal dari kesadaran-kesadaran penghuninya yang membawa nama baik organisasinya. Karena sebenarnya kesalahan-kesalahan sosok bisa diindikasikan sebagai suatu kesalahan-kesalahan organisasi yang menaungi sosok tersebut. Berpijak dari hal yang kecil untuk kemudian dihadapkan dengan realita-realita dan membentuk sebuah kesadaran kritis dalam berpola serta berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Semoga ide-ide yang tulus akan selalu selaras dengan realita-realita yang baik.
sumber: www.mahesa.or.id
20 Mei 2010
Kamis, 20 Mei 2010
Alhamdulillah…3 tahun sudah Mahesa berdiri sejak didirikannya sejak tahun 2007 silam. ada banyak hal yang bisa kami tuliskan disini, namun masih ada lebih banyak hal lagi yang bisa kami ceritakan seandainya kita bisa bertemu, wahai sahabat…
Berawal dari sebuah percakapan di kantin ekonomi baraya, dalam suasana sore yang cerah ditemani bergelas-gelas kopi dan berbatang-batang rokok. Kerinduan untuk menyapa dinginnya suasana pegunungan terjawab sudah dengan dimunculkannya ide untuk mendirikan perkumpulan ini.
Ada 9 orang mahasiswa ekonomi regular sore yang berbeda latar yang telah menjadi tonggak berdirinya perkumpulan ini dan Puncak Gunung Bawakaraeng pun menjadi saksi atas lahirnya sebuah perkumpulan yang akhirnya disepakati berubah bentuk menjadi sebuah organisasi dengan nama MAHESA.
Dengan semangat kebangkitan nasional, MAHESA pun lahir ditengah-tengah kampus kami yang kecil dan menjadi sebuah media bagi kami untuk melawan stigma tentang kampus kami yang KATANYA dipenuhi oleh kaum HEDON!!!MAHESA hadir untuk melawan itu, Ekstensi atau Reguler Sore juga bisa punya Pencinta Alam dan kami tidak HEDON, kawan.
Dan akhirnya Ekstensi/Regular sore pun ditutup dan kami dipaksa untuk berpindah dari kampus baraya ke kampus tamalanrea. Euforia baraya akhirnya hanya bisa kami kenang sepanjang hidup kami dan takkan pernah bisa hilang dalam catatan sejarah organisasi ini. Tamalanrea dengan segala tantangan yang baru kami jawab dengan menegaskan bahwa MAHESA akan tetap berdiri walaupun untuk itu kami harus rela membuang kata EKONOMI dalam bertutur dan prilaku kami. MAHESA bukan lagi MAHASISWA EKONOMI REGULER SORE PENCINTA ALAM!!! MAHESA harus membuang EKONOMI untuk bisa tetap bertahan.
Dalam fase ini, MAHESA pun berubah bentuk menjadi sebuah Organisasi Lingkungan Hidup (OLH) yang berubah nama menjadi OLH MAHESA sebuah organisasi yang independen dan tidak dinaungi oleh badan apapun. MAHESA adalah MAHESA, dan kami cuma menumpang berkuliah di Tamalanrea.
Sahabat, telah banyak puncak yang telah kami temui disepanjang perjalanan ini. Entah berapa banyak hutan, gua yang kami susuri, bukit berbatu, jurang yang terjal yang telah kami lalui . Banyak tantangan yang kami jumpai di sepanjang perjalanan organisasi ini, Telah banyak pula suka dan duka yang kami dapatkan. Namun satu hal yang paling kami syukuri, MAHESA telah memberi kami banyak saudara dalam 3 tahun perjalanan ini. Hamparan pengalaman sarat makna pun kami temui dalam perjalanan organisasi ini. Kami bersyukur memiliki organisasi ini. Selamat Hari Jadi, OLH MAHESA.