Pages

Update

Katakan Iya kepada perbedaan, bukan mengingkarinya..

Selasa, 27 Oktober 2009

Seseorang barulah dikatakan hidup apabila dirinya dapat mengetahui adanya gejolak dalam ruang pikirnya. Seseorang juga dapat dikatakan hidup apabila dirinya dapat menyikapi apapun yang melingkupinya, walaupun samar. Namun, apakah seseorang tersebut dapat mengingkari bahwa sebenarnya yang membuat dirinya bergejolak adalah sebuah perbedaan?

Memaknai perbedaan lebih terletak kepada kemauan seseorang untuk mengakui perbedaan tersebut. mengakui perbedaan justru terletak pada keleluasaan ruang pikir seorang manusia. Memahami perbedaan tak dapat dipungkiri tidak bisa terlepas dari bingkai sebuah persamaan. Sesuatu barulah dikatakan berbeda apabila tak memiliki sebuah unsur yang sama dengan objek yang lainnya.

Namun, apakah kita pernah sadar bahwasanya sebuah perbedaan adalah sebuah kekuatan yang maha dahsyat? Jikalau kita mampu untuk mengelolanya dengan baik, maka tentu saja perbedaan tersebut dapat menghasilkan sebuah daya yang hebat. Indahnya sebuah persamaan apabila didalamnya terdapat perbedaan yang terkontrol. Melalui sebuah perbedaan, akan didapatkan sebuah rumusan yang gemilang. Didalam sebuah perbedaan, akan tersalurkan sebuah pola konstruktif yang canggih. Segalanya akan indah apabila terdapat sebuah perbedaan. Tak akan didapatkan sebuah persamaan tanpa memandang sebuah perbedaan. Perbedaanlah yang membuka mata hati dan pikiran kita untuk membuka wacana dan memandang suatu objek dari segala sudut pandang. Melalui perbedaan akan didapatkan sebuah persamaan yang kokoh.

28 Oktober, yang kita peringati setiap tahunnya sebagai hari sumpah pemuda, sebuah gerak langkah sebuah persatuan yang dilandasi oleh sebuah pernyataan sikap untuk mau mengakui dan menangguhkan perbedaan. Tentu saja kita tahu, tanpa kebesaran hati kita untuk mau mengakui perbedaan, tak akan dihasilkanlah sebuah persatuan bangsa ini, tak akan dihasilkanlah semboyan yang bukan hanya sekedar slogan. “berbeda namun tetap satu jua”. Berbeda yang membuat kita indah.

Perbedaan apabila disikapi dengan bijak akan menghasilkan sebuah persamaan yang indah, sebuah pola konstruktif yang mampu untuk membangun sikap solidaritas yang idak buta namun kritis. Namun, apabila tidak disikapi dengan bijak, hanya dipandang melalui satu lensa kacamata, hanya akan menimbulkan pola destruktif yang maha dahsyat, yang mampu merontokkan sendi-sendi kemanusiaan. Tentunya kita masih ingat, dan tentu saja kita berharap tidak terulangnya beberapa tragedi kemanusiaan yang dihasilkan oleh lepasnya sikap bijak kita dalam memandang sebuah perbedaan.

Seharusnya, saat ini kita mulai untuk belajar, mau mengakui dan menyikapi perbedaan ini dengan bijak dari segala sudut pandang. Perbedaan itu indah apabila kita mau dan mampu untuk mengelolanya. Perbedaanlah yang menjadi warna yang indah dalam dinamika hidup umat manusia. Tuhan tentu saja memiliki maksud yang indah atas makna ini. Bayangkan apabila dalam kehidupan ini semuanya serba seragam!!!

Mulai sekarang mulailah untuk mengatakan iya terhadap perbedaan, tak ada kuasa kita untuk mengingkarinya sebab itu adalah fitrah!!! Perbedaanlah yang selama ini melingkupi ruang hidup kita yang mampu menjadi gejolak dalam ruang pikir kita, yang mampu untuk membuka wacana tentang arti sebuah persamaan. Perbedaanlah yang member arti terhadap pentingnya nilai sebuah persatuan. perbedaanlah yang menjadi tonggak bagi kemerdekaan bangsa kita.karena berbeda kita merdeka, karena berbedalah kita indah, karena berbedalah bangsa kita kaya, Karena kita bangsa yang beragam.
Katakan iya terhadap perbedaan, bukan mengingkarinya. Karena didalam perbedaan inilah maka kita sadar bahwa kita itu ternyata sama. Berbeda itu indah. Selamat memperingati hari sumpah pemuda.

Vierra - Perih

Minggu, 25 Oktober 2009

Dirimu…
tak pernah menyadari
semua…
yang telah kau miliki

kau buang aku, tinggalkan diriku
kau… hancurkan aku seakan ku tak pernah ada

Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih… walau perih…

salahkah…
aku terlalu cinta
berharap..
semua kan kembali

kau buang aku,tinggalkan diriku
kau.. hancurkan aku
seakan ku tak pernah ada

Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih… walau perih…

Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih…

Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih… walau perih…
walau perih….walau perih…

Kuyakin alam bisa memanipulasi perasaan ini

Sabtu, 24 Oktober 2009

Menemukan Cinta Sejati mungkin sesuatu yang biasa saja bagi segelintir orang. menemukan cinta sejati kemudian ditinggalkannya, juga bukan hal yang special bagi segelintir orang. Namun, menemukan cinta sejati lalu ditinggalkannya ketika kita berada dalam kondisi yang sedang rapuh, itu bukanlah hal yang biasa bagiku.

Tiada hal yang paling realistis yang kami tempuh adalah berpisah. Tiada pula sedikitpun terbersit perasaan menyesal dalam lubuk hati ini. Tak pula ada dendam bagiku.

Focus dan konsentrasi kepada masa depan merupakan sebuah motivasi dan memperbaiki diri kini adalah suatu hal yang menjadi kemutlakan untuk mewujudkannya. Tak ada tangis kali ini. Tak ada tetes air mata yang berderai. Tak ada guna untuk menangisi keadaan ini. Sekarang waktunya bangkit, berdiri dan menegakkan kepala menatap masa depan yang hampir saja pupus seiring kepergianmu. Kamu memang meninggalkanku disaat diri ini rapuh dan melemah. Tetapi kesedihan inilah yang kini menjadi kekuatan bagiku untuk maju dan melangkah kembali melanjutkan hidup.

Sebuah janji yang akan selalu terngiang dikepalaku akan selalu kukenang dan berusaha untuk menepatinya. Aku akan kembali kepadamu dimasa yang akan datang sebagai sosok yang lebih baik. Aku mencintaimu, dan itu untuk selamanya. Tlah kukunci pula perasaanku kepadamu.

Kamu memang meninggalkanku disaat ku rapuh, dan hal itulah yang menjadi pelajaran bagiku untuk tetap bertahan dan yakin kepada pilihan hati. Takkan kusiakan perasaan ini kepadamu dan takkan kubiarkan sesuatu pun menyakitimu. Ketika kau melemah, datang dan bersandarlah kepadaku. Ketika kau pun lelah, datang dan mendekaplah kepadaku. Pintu ini akan slalu terbuka untukmu. Kamulah pemegang kuncinya. Kamulah pemiliknya. It’s all about love for azt…it’s all about you.

Sedikit mengutip sebuah ungkapan dari Soe Hok Gie :

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

Akan begitulah diriku kepadamu, akan begitulah selamanya.

Dan sekarang, obat terampuh yang kurasa bisa menyembuhkanku adalah kembali ke pangkuan alam, setidaknya bisa mengurangi sakit yang kuderita. Percayalah, selepas ini pun aku masih akan selalu mengenangmu, selamanya.

Setidaknya alam bisa membantuku untuk memanipulasi perasaan ini, rasa sakit ini, sehingga kubisa melanjutkan hidup, mengejar cita-cita kita bersama, sehingga kelak bisa kutepati janjiku, kuwujudkan cita-cita kita bersama.

Dan kelak, masa itu tlah tiba, ku mau tak seorang pun menghalangi kita. Ini doa yang terindah yang pernah kuucap. Inilah cita-cita tertinggi yang pernah kuimpikan. Hanya untukmu, hanya bersamamu.selamanya.


http://pojokalul.blogspot.com

Sebuah Tanya

Selasa, 20 Oktober 2009


akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”

(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”

(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru

(Soe Hok Gie)

Hanya Sebongkah Batu, Bukan Logam Mulia

Senin, 19 Oktober 2009

Anda mungkin tidak perlu menangis agar dapat mencerna tulisan ini, tidak perlu juga anda membaca dengan teliti agar dapat memahaminya..

Anda cukup membuka mata hati anda untuk dapat mengerti bahwa perih dan sakit yang anda dapatkan ketika anda sadar bahwa sesuatu yang berada disekeliling anda kini telah berpindah tempat. Tidak lagi pada posisi yang biasa anda maklumi.

Anda cukup membuka mata hati anda untuk dapat mengerti bahwa sesuatu apapun itu barulah terasa arti keberadaannya ketika sesuatu itu hilang ataupun beranjak meninggalkan anda. Betapapun anda mencarinya, tak akan pernah bisa menggantinya dengan sesuatu apapun itu.

Anda mungkin bisa mendengarkan kisah ini, tapi anda tak perlu untuk meneteskan airmata agar bisa menangkap pesan yang tersirat didalamnya. Belajar memaknai hidup, akan berarti pula belajar untuk memaknai arti kehadiran, pertemuan, perpisahan dan ketiadaan.

Berbicara tentang perpisahan, Banyak orang yang mampu untuk belajar dengan cepat, namun banyak pula tenggelam dan larut dalam kesedihannya. Ada orang yang mampu memaknai serta mengendalikan perpisahan tersebut, namun ada pula orang yang tak berdaya memaknainya bahkan tergerus dalam ombak kesedihan.

Anda dan saya mungkin adalah sebuah cermin refleksi yang menggambarkan dengan nyata peristiwa kontradiksi ini. Anda dan saya ternyata sama. Ketika saya terlarut dalam kesedihan ini, ternyata anda sudah terlebih dahulu mendiami lembah ini. Dan hal itulah yang sebenarnya membuat ombak ini tak kunjung reda. Namun juga, anda dan saya juga ternyata berbeda dalam membijaksanai perpisahan ini. Ketika saya larut didalamnya, anda telah berhasil untuk sekedar memanipulasi perasaan anda. Berpura-pura tegar dan kelihatan tegak, namun saya takjub dan menganggap anda hebat. Setidaknya dalam hal itu, tak mampu saya untuk berbicara banyak.

Lebih jelas lagi saya gambarkan, peristiwa ini telah memberikan hamparan makna yang tak jua saya temui di tempat yang lain. Betapa berharga arti kehadiran dalam roda kehidupan seseorang. Gelombang motivasi dan tempat berbagi tentu saja memberikan spirit tersendiri dalammenikungi hidup (saya bahasakan menikungi setelah lelah menjalaninya dengan lurus).

Makna yang terbesar yang saya temukan dari serangkaian tantangan ini adalah, ternyata betul tak ada manusia yang keras dan tangguh. Tak ada satu pun manusia. Jikalau dapat saya analogikan, ternyata batu bukanlah logam mulia, dia Cuma sebongkah batu yang berada di dalam goa yang ditetesi air secara teratur sehingga mengakibatkan lubang pada sumbu yang sama, semakin lama akan semakin besar. Ketika tiba waktunya air berhenti menetes, batu pun merana dan menangisi kemana gerangan air yang selama ini menetesinya. MENYESAL..(sebuah kata yang jikalau dapat saya tuliskan sebagai padanan kata) batu pun menyesali dirinya yang ternyata bukan sebuah logam mulia. Ketika mencari kemana air yang selama ini menetesinya, namun tak ada satu pun benda yang mampu memberikan petunjuk kepadanya. Dan akhirnya batu pun memimpikan dirinya sebagai sebuah logam mulia sembari menantikan waktu yang datang menggerus dan mengikis dirinya hingga akhirnya rapuh dan menjadi debu. Namun, dirinya tetaplah bukan logam mulia.

Setelah ini saya yakin, ada setitik terang cahaya yang mendekapku. Anda betul, TUHAN tak akan mencoba kita tak mampu untuk melaluinya. Seketika masalah ini menderaku, semakin terkuras pula energiku dan pikiranku untuk sekedar mencari jalan untuk mempertahankannya. Tak akan kusiakan kesempatan ini, secuil apapun itu. Dan sekarang saya masih terus berjuang untuk itu. TUHAN selalu beserta orang-orang pemberani.

Jadi, anda memang betul-betul tidak perlu menangis agar dapat mencerna keadaan ini. Perpisahan kali ini ternyata memberikan makna untuk sebuah perjumpaan yang lebih hangat di masa akan datang. Ketika itu terangkai bersama akan mengoreskan senyum menggantikan sendu kali ini.

Saya Adalah Seorang Mahasiswa Tingkat Akhir

Selasa, 13 Oktober 2009

Oktober, bulan ke sepuluh dalam kalender Masehi yang dapat berarti juga adalah sebuah kesempatan terakhir untuk mengikuti ujian terakhir atau yang akrab dikenal dengan nama ujian meja dalam sebuah kalender akademik yang telah ditetapkan oleh universitas. Dalam bulan oktober pula, kalangan militer memperingatinya sebagai bulan yang bersejarah yan mana pada salah satu hari didalamnya diperingati sebagai hari jadi Angkatan bersenjata Republik Indonesia. 5 oktober, dirgahayu ABRI. Tak ada peran yang tak penting didalam republik ini, dan sebagai seorang mahasiswa, Satu-satunya korelasi yang dapat ditemukan antara Hari Jadi ABRI dengan kondisiku saat ini adalah semangat juang dan jiwa Nasionalisme Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang telah menularkannya kepadaku sehingga termotivasi untuk segera menyelesaikan studiku saat ini. Dan sebagaimana yang telah ditetapkan adanya bahwa, seorang Mahasiswa diwajibkan membuat sebuah Skripsi untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Namun, di bulan oktober ini pula ketika hampir semua mahasiswa tingkat akhir sedang bergelut dengan tugas akhirnya atau yang akrab kita sebut dengan istilah Skripsi, ketika hampir semua mahasiswa tingkat akhir membiasakan diri dengan istilah ‘menyusun’ sambil tersenyum tentu saja, ketika jiwa dan raga terpanggil untuk segera menuntaskan tugas mulia ini, Makassar dan sekitarnya mengalami pemadaman listrik bergilir. Ketika baru saja hendak menyalakan monitor komputer, ketika semangat menggebu-gebu untuk segera mengerjakannya, Makassar gelap gulita. Tugas akhir pun tertunda untuk beberapa waktu kemudian, mungkin untuk 2 hingga 3 jam ke depan. Ketika mencoba mengakali keadaan ini untuk segera menuju ke tempat teman sekedar menumpang mengetik, disanapun dapat dijumpai keadaan yang sama. Pemadaman lstrik bergilir, mengapa di bulan oktober?

Tidak sedikit sumpah serapah yang sempat terekam oleh indera pendengarku. ketika membuka situs jejaring sosial, hal yang sama pun tertuang disana. Sumpah serapah, caci maki, hinaan, ocehan, celaan, keluhan, bahkan teriakan histeris pun tak sedikit yang kujumpai di bulan ini. Apa yang salah dengan bulan ini? Ketika mencoba bijak terhadap keadaan ini, kutelusuri google untuk mencari penyebab dari semua ini, satu alasan yang pasti dan sangat masuk akal bagi saya untuk memberikan predikat sebagai alasan yang terbaik. ‘ketidakseimbangan cuaca oleh pemanasan global mengakibatkan debet air pada pembangkit listrik yang diharapkan mampu menyuplai tenaga pada pembangkit listrik tenaga air tidak mencukupi untuk memutar turbin yang mampu mengubah dari energi gerak menjadi tenaga listrik, begitulah kira-kira.

Saya tidak memaki, tidak pula mencela, apalagi sampai berteriak histeris. Saya cuma menyayangkan, apabila mencermati konsep sebab dan akibat, pemadaman ini cuma merupakan akibat dari segala kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipungkiri bahwa kita pun juga memiliki andil didalamnya. Pemakaian energi dan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak sewajarnya, pola konsumsi yang serakah merupakan sebab dari segala kerusakan ini. Seharusnya dalam keadaan seperti ini, hal yang paling pertama yang harus dilakukan adalah mau mengerti. Bahwa, sewajarnya sebagai warga Negara yang baik kita setidaknya mampu memberikan dukungan secara moril kepada pihak yang terkait agar bisa segera terlepas dan menyelesaikan kemelut ini. Pihak yang terkait pun juga jangan sampai menutup mata atas keadaan ini. Sebagai pihak yang telah diamanahkan untuk mengelola hajat hidup orang banyak, seharusnya masalah ini jangan sampai dibiarkan berlarut-larut. Kasihan rakyat yang telah melaksanakan kewajibannya membayar iuran setiap bulannya dan harus merelakan perabot listriknya yang rusak karena pemadaman bergilir ini, kasihan Mahasiswa Tingkat Akhir yang diamanahkan untuk segera menuntaskan tugas mulianya sebagai warga Negara yang baik, yang diharapkan dapat berguna bagi kemajuan agama, nusa dan bangsa.

Saya tidak memaki, tidak pula mencela, apalagi sampai berteriak histeris. Saya cuma menyayangkan, sampai sekarang skripsi ini masih tergantung. Skripsi lambat selesai, akibat pemadaman bergilir. Bukan alasan klasik, namun konyol apabila sampai diutarakan kepada para pembimbing skripsi. Begitulah kira-kira, tulisan ini saya buat bukan sebagai pembenaran atas kemalasan seorang mahasiswa tingkat akhir, bukan pula karena turunnya semangat juang untuk segera menuntaskan tugas mulia ini. Untuk sekedar teman-teman ketahui, sampai sekarang seorang mahasiswa tingkat akhir ini masih terus berjuang untuk menyelesaikan tugas akhirnya ditengah keadaan kota Makassar yang sedang mengalami pemadaman listrik bergilir, mencoba membijaksanai keadaan ini dengan berbagai metode. Termasuk metode nomaden atau hidup(mengetik) berpindah-pindah berbanding kontra mengikuti ritme pemadaman listrik.

Saya, Mahasiswa tingkat akhir yang sementara berjuang menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana. Mahasiswa tingkat akhir ini mengilustrasikan dirinya sebagai laron-laron yang bergerak dan berkumpul mengelilingi bola lampu yang memancarkan cahaya. Dan tentu saja hal itu berarti, saya tak sendirian. Ternyata banyak Mahasiswa tingkat akhir yang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhirnya ditengah keadaan kota Makassar yang sedang mengalami pemadaman listrik bergilir, yang juga mencoba membijaksanai keadaan ini dengan berbagai metode. Dan dengan segala usaha telah ditempuh, maka dengarkanlah Yaa ALLAH, raja yang menguasai segala makhluk di dunia ini (termasuk laron-laron dan mahasiswa tingkat akhir), terangilah kembali kota Makassar, tunjukkanlah jalan bagi kami agar terselesaikan permasalahan ini berdasarkan kehendakMu; agar tak ada lagi perabotan yang rusak; agar tak ada lagi Sumpah serapah, caci maki, hinaan, ocehan, celaan, keluhan, bahkan teriakan histeris; agar semakin cepat selesai skripsi ini sehingga seorang mahasiswa tingkat akhir dapat segera menjadi seorang sarjana yang baik dan berguna bagi kemajuan agama, nusa dan bangsa. Yaa ALLAH, sesungguhnya Engkau adalah maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha bijaksana, mendengarkan doa hambaNya yang teraniaya. Kabulkanlah doa kami ini Yaa ALLAH, Amin Yaa Robbal Alamin.
 

Most Reading

Popular Posts