Pages

Update

Filosofi Elang…Mari Belajar Darinya..

Rabu, 15 Juli 2009

Kawan, hari ini saya kembali bercerita..maksudku melalui tulisan ini saya kembali bercerita tentang seekor binatang yang mengagumkan..ELANG, hewan berdarah panas yang mampu terbang jauh dan dapat mencengkram mangsanya dengan cakarnya yang kuat serta paruhnya yang tidak bergigi tetapi mempunyai bengkok yang kuat untuk mengoyak daging mangsanya.

Elang adalah burung yang mampu terbang paling tinggi di dunia ini. Elang bahkan membuat sarang di ketinggian. Padahal semua tahu bahwa di ketinggian, angin selalu bertiup sangat kencang. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Keputusan itulah yang akhirnya menjadi pilihan bagi hidupnya.. Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali.

Adakah kawan-kawan pernah sedikit merenungkan bahwasanya terkadang kita hidup dalam lingkaran pilihan yang sulit namun selalu paralel dengan sedikit kebebasan dalam memilihnya? Terkadang, kita lebih memilih untuk mempertahankan kebanggan yang selama ini membuat kepala kita berdiri tegak walaupun untuk mempertahankannya kita rela untuk mengorbankan segala cara termasuk prinsip? Terkadang kita tidak berani untuk melepaskan kenyamanan sesaat ini demi mencapai kenyamanan yang lain di masa yang akan datang.

Belajar dari kisah si Elang, betapa tidak berdayanya dia ketika harus melepaskan kebanggaannya demi mempertahankan hidup dan meneruskannya dengan lebih baik..seharusnya kita pun mampu untuk melakukan hal yang sama. Belajar mengorbankan kebanggaan kita demi mempertahankan sesuatu yang jauh lebih bermakna bagi diri kita sendiri dan orang lain di masa yang akan datang.

Sebagai manusia kita memang memiliki kebebasan untuk memilih. Namun sayangnya ada zona kenyamanan yang seringkali membatasi pilihan-pilihan hidup kita. Tetapi benarkah kita lebih menyukai kenyamanan kekinian dibandingkan kenyamanan lain.
Kenyamanan lain? Ya, ada beberapa hal yang selama ini kita tidak miliki dan sangat ingin kita miliki, tetapi itu berarti kita harus mengubah sesuatu. Cara hidup kita selama ini perlu kita ubah bila kita ingin mendapatkan sesuatu. Sedikit belajar berspekulasi menurut saya.

Kiranya dapat menjadi kisah yang inspiratif bagi kita…

Hujan kembali membasahi Makassar..

Selasa, 14 Juli 2009

Makassar nampaknya mulai gerah setelah sekian lama diguyuri dengan sinar matahari yang mencerahkan kehidupan kota ini, dan akhirnya Hujan kembali membasahi Makassar.
Setelah lelah menyinari, matahari mungkin sedikit undur diri untuk menyinari bagian bumi lainnya yang membutuhkan kehangatan darinya…

Makassar terlalu hangat, bahkan mungkin juga panas saat ini..dan akhirnya keadilan Tuhan dicurahkan saat ini, di kota Makassar. Di saat sebagian warga Makassar merindukan hadirnya tetesan-tetesan air dari langit yang merupakan rahmat bagi kegerahan ini, yang diharapkan bisa kembali menyejukkan hati para penghuni kota ini. Akhirnya, Hujan kembali membasahi Makassar..

Kala hujan jatuh dari langit, kembali kumenerawang jauh ke belakang…saat suasana perkemahan senja, saat berada di mulut gua Saripa, saat berada di bibir tebing Bantimurung, saat berada di pos IX bawakaraeng, saat berada di Lembah Ramma’, saat berada di Puncak Bulusaraung, saat berada di Kaki gunung Lompobattang. Hujan selalu menerjemahkan rasa rindu yang mendalam kepada Saat-saat seperti itu. Hujan selalu membawaku seolah berada di tempat itu, menikmati minuman hangat, cemilan, sebatang rokok , bercanda dan tertawa hangat bersama sahabat-sahabat karib. Berjam-jam Duduk dalam tenda sambil membicarakan segala kehidupan masing-masing…sungguh hangat, dan hal itu hanya terjadi di dalam tenda sambil menunggu redanya hujan. Kadang pun kami mengharapkan agar hujan tak cepat berlalu agar suasana ini tak lekas berakhir.saya selalu merindukan saat-saat seperti itu.

Kapan kembali ke gunung,wahai sahabat..?
Tak sabar ku mulai perjalanan napaktilas ini..
Tak sabar kulanjutkan petualangan ini…
Hal inilah yang mampu membuatku hidup lebih lama..
Saat seperti itulah yang membuatku bertahan untuk melanjutkan hidup..
Saya selalu merindukan saat-saat seperti itu, dan hujan kali ini selalu berhasil menerjemahkannya untukku…

Sebuah Lagu dari Ipang – Sahabat Kecil, ikut menyemarakkan suasana ini

Baru saja berakhir, hujan di sore ini
menyisahkan keajaiban, Kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan, dan tetap mengaguminya..
Kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli

Bersamamu kuhabiskan waktu senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya…

Melawan keterbatasan walau sedikit kemungkinan
Takkan menyerah untuk hadapi, hingga sedih tak mau datang lagi

Bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya…
Janganlah berganti..janganlah berganti…tetaplah seperti ini..


14th July 2009

Mari Sejenak Memikirkan Kematian, Sebuah Titik di akhir kalimat...

Senin, 13 Juli 2009

Kawan, Mari sejenak memikirkan kematian…

Hari ini, sabtu 11 juli 2009..agak telat saya bangun hari ini, 11.24 WITA.begitulah penunjukan waktu yg tertera di handphoneku..sebuah pesan singkat dari seorang teman, kak lepe..begitulah,dengan nama itu saya biasa memanggilnya. Isinya pun cukup mengejutkan, sebuah kabar yg tak seorang pun di dunia ini yg berharap untuk mendengarkannya.”INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN”.

Sebuah kabar duka, ibunda dari saudari kita DIAN telah berpulang kepada Penciptanya.
Di tengah kabar duka ini, kembali saya terhanyut akan memori-memori yg telah berlalu..betapa cepat orang yg kita sayangi berlalu dari kehidupan kita. kehilangan yang tak akan bisa dengan mudah untuk kita lupakan.

Terlalu banyak kematian yang telah kita dengarkan, dan terlalu banyak airmata yang kita tumpahkan..apakah ada daya untuk kita menolaknya? Tak kan sanggup kita untuk melawannya..tak seorang pun yg berdaya untuk menghadapinya, bahkan untuk menangguhkannya sekali pun tak ada seorang pun yg sangup untuk melakukannya. Bahkan untuk seorang superstar sekaliber MICHAEL JACKSON tak sanggup, beliau pun telah berlalu…

Kita sadar, kita tak mampu menolaknya..
Kita paham, tak ada yg abadi...

Dan itu bukan pembenaran atas ketidakberdayaan kita..segala yg bernyawa akan menemuinya. Itu sudah keputusan besar atas diri kita. Peterpan dengan bijak menuliskan “jiwa yg lama segera pergi, bersiaplah para pengganti..”
Apakah anda mampu dengan bijak menyikapinya? Menyikapi kematian, dengan sederhana dapat saya tuliskan “tak sanggupku menghadapinya, tak sanggupku ditinggalkan, tak sanggup pula ku meninggalkan..tapi kutak berdaya, ku tlah dipaksa memilih oleh-NYA..”
Tak seorang pun dimuka bumi ini yg rela untuk ditinggalkan oleh seseorang yg disayanginya. Begitu pula denganku. Namun hidup terus berjalan, suatu saat kita pun dipaksa untuk meninggalkan orang yang kita sayangi. Hidup itu akan terasa bermakna ketika kita sanggup untuk memberi makna kepada yang lainnya..sesuatu yg akan membuat orang tak sanggup untuk melupakan kita ketika kita pun berlalu meninggalkan.
Memaknai kematian akan selalu simetris dengan memaknai kehidupan kita. Betapa berharga hidup yg telah diberikan kepada kita, Dan kematian adalah pelengkap dari segala kebahagiaan tersebut. Kita pasti telah mengalami banyak kenangan akan perpisahan, dan kematian adalah pesta perpisahan terakhir kita. Dengan sederhana dapat saya tuliskan “sekarang ini kita masih menuliskan huruf per huruf, kalimat-kalimat, lembar per lembar , dalam buku kehidupan kita. Menuliskan KOMA, kemudian melanjutkan kembali catatan kita, huruf per huruf, kalimat-kalimat, lembar per lembar hingga akhirnya kita tak mampu menolak untuk menuliskan TITIK diakhir kalimat kita sebagai penutup dari segala tulisan kita dalam buku yg bercerita tentang kehidupan kita”

Semakin banyak makna yg telah kita berikan, semakin indah buku yg bercerita tentang kehidupan kita, semakin indah pula kematian yg kelak akan kita temui…sebuah kesan, hanya sebuah kesan yg akan kita tancapkan kepada mereka yg kelak akan kita tinggalkan.

Ketika menuliskan catatan ini, saya sedang mendengarkan sebuah lagu dari FREDDY MERCURI yang dengan indahnya mendendangkan “Too Much Love to Kill You..Too Much love Can Kill You…Too much Love Will Kill You, Every Time”. batinku menolak, Mr. Freddy..Too Much Love dapat membuat saya hidup sepanjang masa dalam kenangan orang-orang yang kusayangi. Dan tak akan ada yang dapat kita tinggalkan kepada mereka kecuali sebuah kesan.

Kawan, mari sejenak memikirkan kematian. Agar senantiasa kita dapat memberikan makna kepada yg lainnya. Agar senantiasa kita dapat menghidupkan diri kita dengan sebuah kesan yg kita tancapkan di hati orang-orang yg akan kita tinggalkan. Dengan begitu, semoga kita dapat untuk menemui kematian dengan indahnya.

I am sorry, Mr.Freddy..saya tak sependapat denganmu. Saya lebih memilih untuk mendengarkan sebuah lagu dari Peterpan – Tak ada yg Abadi, yang akhirnya kubiarkan mengalun di ruang dengarku hingga akhir catatan ini.

Takkan selamanya, tanganku mendekapmu
Takkan selamanya, raga ini menjagamu
Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Dan semua keindahan yg tlah memudar
Atau cinta yg tlah hilang…

Tak ada yg abadi..
Tak ada yg abadi..
Tak ada yg abadi..
Tak ada yg abadi..

Biarkan, aku bernafas sejenak sebelum hilang…

Takkan selamanya, tanganku mendekapmu
Takkan selamanya, raga ini menjagamu
Jiwa yg lama segera pergi
Bersiaplah para pengganti…

Tak ada yg abadi..
Tak ada yg abadi..
Tak ada yg abadi..
Tak ada yg abadi..

Di Udara...

Senin, 06 Juli 2009


Sebuah Lagu Untuk Sebuah Gerak..
Tanpa Takut, dan jujur untuk berani...
Inspiratif dan lugas..Menggugah bagi mereka yg merasa Muda, Berani dan Lugas
Menggelitik Bagi Mereka yg merasa Jengah dengan segala Pembodohan...




Efek Rumah Kaca - Di Udara


Aku sering diancam
juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
sampai dimana kapan

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

Aku sering diancam
juga teror mencekam
Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

[Reff:]
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti


 

Most Reading

Popular Posts