Pages

Update

Semua hal tentang Perubahan

Jumat, 23 Januari 2009

Suatu Hari di bulan januari 2009
jam 13:03

Banyak org yg mendambakan perubahan ,
dirinya pun sangat mendambakan perubahan ,
bukan cuma dirinya yang menantikan perubahan..
di sekitarnya, disekelilingnya, juga sangat menantikan perubahan ,
dunia pun mendambakan perubahan ...

tetapi ketika perubahan itu ditujukan kepadanya,
dia pun menjadi resistant terhadap perubahan,
maka hancurlah dia tergilas oleh roda perubahan...
karena bukan cuma dirinya yang menantikan perubahan ,
di sekitarnya, disekelilingnya, juga sangat menantikan perubahan ,
dunia pun juga mendambakan perubahan ...
dan ketika yang lain menyambut perubahan dengan suka cita....
dan ketika yang lain telah mampu masuk dan mengendalikan perubahan ,
dirinya masih tergilas oleh roda perubahan ...

Alul dE Conan Ibrahim
http://pojokalul.blogspot.com
Tulisan ini saya spesialkan teruntuk buat semua teman-teman yang sangat mendambakan perubahan,
tetapi malu untuk mengakui bahwa dirinya membutuhkan perubahan,
sangat membutuhkan malah...

jadi janganmi malu, teman....kalo memang butuh perubahan,
angankan, citakan, renungkan, lakukan, dan pertanggung jawabkan...
berubah untuk sesuatu hal yg lebih baik khan lebih mulia maknanya...
berubah tuk diri sendiri, berubah tuk yang lain, berubah tuk lebih baik...

Pembelajaran dari mendaki gunung

Jumat, 16 Januari 2009

Mendaki gunung, apa enaknya, ….. apa hikmahnya

Enaknya …… menikmati pemandangan mengagumi kebesaran sang pencipta. Dapat dibayangkan gunung yang begitu gagahnya serta menjulang dengan ketinggiannya … yang tersebar diseluruh dunia, dengan bermacam bentuk dan ukuran menandakan betapa dahsyat, betapa hebat, betapa maha …. Sang pencipta.

Manakala kita berada di puncak gunung, kecil kita ….. segala kesombongan, keangkuhan, keserakahan akan sirna, bagaikan debu di tiup angin …… hilang tanpa ada bekas.

Mendaki gunung memberikan hikmah yang begitu dahsyat ….
Disadari atau tidak kita dapat belajar segala hal dalam mendaki gunung, rasa persaudaran, persahabatan yang kian kental, kemandirian yang kita peroleh, tidak mudah menyerah, rasa ego yang kian menipis dalam diri, rasa syukur yang makin tebal.

Mungkin masih teringat dalam benak, disaat kita belum pernah mendaki gunung ….. emosi kita suka meluap, manakala pulang sekolah atau main dari rumah sahabat, perut lapar…. Dirumah hanya dihidangkan oleh ibunda tercinta nasi dengan lauk alakadarnya, kita marah, kita hilang selera melihat hidangan yang alakadarnya ……
Setelah mengalami hal yang mengharuskan kita bertahan hidup dalam pendakian …… makan apapun yang ada dialam, ataupun makan nasi yang masih kurang matang, atau lauk yang lebih apa adanya dibanding waktu dirumah di bagi dengan kawan sependakian. Tentunya menyesal kita telah menyia-nyiakan masakan ibunda tercinta yang sudah menyiapkan makan untuk anaknya tercinta dengan penuh kasih sayang, hanya karena hidangan yang apa adanya.

Masih terlalu banyak pembelajaran dari mendaki gunung.
Terimakasih Allah engkau telah berikan pelajaran berharga, dari ciptaanMu gunung yang begitu indah yang bukan hanya untuk dinikmati oleh mata tetapi harus dinikmati oleh hati nurani yang paling dalam serta menjaganya agar dapat memberikan pelajaran bagi generasi yang akan datang.



Sekedar Renungan

Selasa, 13 Januari 2009

Mengingat Sejenak Kematian

Di sudut kota Makassar, Seorang anak menangisi kematian orang tuanya. Sementara di sudut lainnya, seorang pemuda menangis tersedu-sedu mengenang kematian kekasihnya. di sebuah sudut lainnya lagi, seorang kakek menangisi kematian cucunya. Disana- sini orang-orang menangisi kematian temannya, sahabatnya, kekasihnya,dst….

Kematian Bukanlah Sesuatu hal yang perlu untuk ditangisi secara berlebihan.

Coba anda renungkan betapa penuh sesaknya bumi ini apabila tak ada kematian…betapa kita akan melihat kekejaman Firaun, Hitler, Mussolini, bahkan westerling berulang-ulang kali. Coba anda membayangkan kehidupan yang sesak dari zaman Nabi Adam As hingga sekarang?

Sekarang coba anda renungkan makna dari sebuah kematian? Betapa sebuah kematian adalah sebuah proses dari sebuah kehidupan menuju sebuah kehidupan yang lainnya? Sebuah masa transisi menuju pengadilan tertinggi di seluruh belahan bumi, mahkamah yang teragung dari segala Mahkamah…saat anda menunggu untuk disidangkan dan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah anda lakukan didunia ketika anda masih menjalani KEHIDUPAN?

Apakah anda telah memahami bahwa segala sesuatunya telah diciptakan secara berpasang-pasangan, segala sebab pasti akan menghasilkan akibat, dan bahkan segala sesuatunya pasti beralasan agar tetap dikatakan ADA?

Coba renungkan dalam-dalam bahwa Hidup akan terasa lebih berharga apabila kita mengalami kematian. Kesempurnaan manusia akan dicapai apabila telah tiba pada saat kematian. Segala pencarian manusia akan berakhir pada masa kematian…

Dan segala akhir dari segala akhir dari seorang MANUSIA adalah KEMATIAN.

Manusia adalah seorang Manusia apabila dia akan mengalami KEMATIAN dan tidak sesuatu pun yang bernyawa yang tidak mengalami kematian..

Saudara, betapa pun menyakitkan sebuah kematian, betapa perihnya pun ketika ditinggal mati oleh seseorang yang kita sayangi, tapi hidup haruslah tetap berjalan…jalanilah bagianmu, bagiannya tlah berakhir…dan mari kita sejenak menundukkan kepala seraya mengirimkan doa untuk mereka yang kita kasihi, yang telah mendahului kita menuju kepada-NYA. Semoga Amal Ibadahnya diterima oleh Sang Pencipta yang telah menganugerahkan kepada kita sebuah kematian.

Marilah sejenak kita untuk mengingat KEMATIAN agar setiap langkah kita adalah langkah-langkah yang lurus dan diterangi oleh cahaya-NYA. Karena sebaik-baiknya Manusia, adalah Manusia yang selalu berintrospeksi diri, menyesali segala dosa yang telah tercipta, dan menjaga diri untuk tidak mengulanginya lagi..


Simak Juga Di mahesabaraya.blogspot.com

Arti dan Makna Lambang Mahesa

Lambang Mahesa

Dengan uraian bentuk sebagai berikut :
- Kotak sebagai pembatas, yang secara filosofis bermakna sebagai simbol pedoman organisasi yang dibuat sebagai garis haluan didalam bertindak

- Persegi panjang berbentuk vertikal, yang secara filosofis bermakna sebagai simbol ketegasan yang bijak.

- Huruf Kapital MAHESA membentuk konfigurasi vertical bermakna sebagai identitas organisasi MAHESA.

- Gunung besar, yang secara filosofis bermakna sebagai manifestasi alam secara global.

- Tiga puncak yang membentuk konfigurasi Huruf E membujur, bermakna sebagai perwujudan tiga puncak gunung yang umum di Sulawesi Selatan sebagai tempat kedudukan MAHESA dan secara filosofis konfigurasi huruf E membujur melambangkan EKONOMI sebagai fakultas yang menaungi MAHESA serta tetap membumi di dalam setiap sisi kehidupan manusia.

Dengan uraian warna sebagai berikut :
- Hitam, memaknakan ketegasan yang bijak
- Putih, memaknakan kesederhanaan yang bersahaja.
- Hijau, memaknakan keharmonisan yang terarah
- Biru, memaknakan kebebasan yang bertanggung jawab

Simak Juga Di mahesa.or.id

Sejarah Mahesa


“Mahesa akhirnya memilih untuk menggunakan kalimat pencinta alam dengan harapan bisa memberikan kesejukan dan ketentraman bagi orang yang ada di sekitarnya didalam aktivitasnya sehari-hari sebagaimana yang dimaknakan dalam unsur kata cinta dan alam.”

MAHESA merupakan organisasi kepecintaalaman yang berada di Fakultas Ekonomi Reguler Sore UNHAS. MAHESA merupakan Akronim dari Mahasiswa Ekonomi Reguler Sore Pencinta Alam. Berawal dari segelas kopi panas yang disajikan di kantinnya kak sammy di kampus ekonomi baraya unhas, 3 maret 2007, terjadi dialog hangat seputaran kenikmatan dalam mengekspresikan diri dalam nuansa alam.

Adalah Bintang hidayat, Fajrul Iman Ibrahim, Asriadi, dan Apriansyah..akhirnya bersepakat untuk mengadakan perjalanan ke alam di akhir pekan. Karena persiapan yang terlalu mepet maka disepakatilah untuk memilih lokasi yang tidak terlalu jauh dari kota Makassar. Akhirnya pilihan pun ditentukan, Ta’deang Maros yang ditempuh hanya dalam kurang lebih 90 menit dari makassar.

Dalam suasana hening di kegelapan malam ta’deang..tercetuslah ide oleh Bintang Hidayat untuk membentuk kelompok penikmat alam yang dia namakan sebagai PALUNG. Namun, setelah bernegoisasi akhirnya teman-teman lebih memilih untuk membentuk organisasi yang pencinta alam yang lebih terstruktur dan sistematis. Bukan hanya sekedar melakukan perjalanan saja tapi diharapkan lebih dari itu, dapat memberikan khasanah berpikir yang baru dan dapat memberikan paradigma yang lebih fresh dari kondisi yang semula. Dan diharapkan juga organisasi ini kelak dapat mencetak kader-kader yang handal didalamnya. Alasannya simple saja, karena kita MAHASISWA dan kita Sadar bahwa Alam merupakan Tempat belajar yang sangat baik.

Sepulang dari ta’deang, untuk merampungkan persiapan membentuk organisasi baru tersebut serta melengkapi hal-hal yang dianggap penting, akhirnya diadakan dialog kecil-kecilan (masih di kantinnya Kak Sammy) dan dialog berakhir dengan kesepakatan untuk melakukan pendakian sekaligus membicarakan organisasi tersebut di puncak gunung Bawakaraeng. Suhardiman sultan dan hastomo hadir pula pada dialog tersebut.

Setelah persiapan yang matang akhirnya disepakati tanggal 20 Mei 2007 dirangkaikan dengan memperingati Hari Pendidikan Nasional Yang jatuh tepat pada tanggal tersebut. Pada persiapan terakhir, ikut pula bergabung Muh.Hisyam, Armawan Abdullah serta Achmad Nasruddin untuk pendakian ke bawakaraeng.

Tanggal 20 mei 2007, Pukul 00.30 Wita, disepakatilah perubahan nama dari Palung menjadi MAHESA (Mahasiswa Ekonomi Reguler Sore Pencinta Alam) dan yang hadir pada waktu dan tempat tersebut dengan sendirinya menjadi pendiri dari MAHESA.

Dimulai dari puncak Gunung Bawakaraeng (2.830 Mdpl) pada tanggal 20 Mei 2007, Pukul 13.00 Wita, (Disepakati sebagai hari jadi MAHESA), oleh 9 orang pendiri Mahasiswa Ekonomi Program Reguler Sore UNHAS (Bintang Hidayat, Hastomo, Fajrul Iman Ibrahim , Apriansyah, Achmad Nasrudin, Asriadi, Muh.Hisyam, Suhardiman Sultan, dan Armawan Abdullah) yang disetujui oleh M.Arfan yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi Reguler Sore UNHAS(yang di kemudian hari karena bersimpatik ikut bergabung dengan MAHESA dalam Angkatan I), kemudian disusul dengan deklarasi yang diadakan di Puncak Gunung Bulusaraung (1.200 mdpl) pada tanggal 09 September 2007. Dalam perjalanan kali ini ikut serta Arnan Maulana, Seorang Simpatisan (yang kemudian ditetapkan sebagai Simpatisan Pendiri). Pada periode pertama Bintang Hidayat ditetapkan sebagai ketua umum MAHESA Yang Pertama. dan memasuki periode yang kedua, Apriansyah terpilih melalui MUBES sebagai Ketua Umum MAHESA yang baru.

Simak Juga Di mahesa.or.id

MAHESA, Environmental+Intelektualis+Adventurer


Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka peran pencinta alam sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan. Untuk melengkapi perannya sebagai duta lingkungan hidup, MAHESA sebagai organisasi pencinta alam yang Notabene anggotanya adalah seorang Mahasiswa, dituntut pula untuk mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk selalu belajar, menambah pengetahuannya bukan hanya hal-hal yang menyangkut tentang outdoor skill tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Karena seorang anggota MAHESA notabene juga adalah seorang Mahasiswa(yang berintelek), seorang anggota MAHESA dituntut bukan hanya menguasai skill tentang outdoor activities, tetapi juga haruslah sebagai mahasiswa yang rasionalis, analitik, kritis, universal, dan sistematis. MAHESA sadar dibutuhkan sisi Intelektual untuk menjembatani dan melengkapi sisi environmental dengan sisi adventurer.

MAHESA sebagai organisasi intelektual dengan gerakan enviromentalisme bermental adventure yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini sebagai satu gerakan untuk masa depan akan lebih berarti tindakannya dengan komitment dan loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah gerak environment dengan adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya yang merupakan spesialisasi dan menjadi ciri dari MAHESA yang memahami pentingnya menjaga, memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air tercinta ini dan melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu kemustahilan ketiga sisi tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan.

Simak Juga Di mahesa.or.id

"Pergi Jalan-jalan Dapat Uang Satu Sen"

KARAKTERISTIK GUNUNG DI SULAWESI SELATAN

1. Gunung Lompobattang (2.870 Mdpl)

Gunung Lompobattang yang terdapat di provinsi Sulawesi Selatan hanya berjarak 75 km dari Kota Makassar dan menjadi gunung favorit bagi pendaki di Kota Makassar dan sekitarnya. Gunung ini merupakan daerah tangkapan air untuk Kabupaten Gowa, Makassar dan Sinjai. Juga merupakan hulu sungai Jene' berang. Serta merupakan Kawasan Hutan Wisata. Gunung ini juga termasuk kedalam kawasan Hutan Lindung Lompobattang

2. Gunung Bawakaraeng (2.830 Mdpl)

Gunung Bawakaraeng terletak di Kabupaten Gowa Kecamatan Tompobulu provinsi Sulawesi Selatan, Berdiri tegak dengan ketinggian 2.830m d.p.l Orang yang pertama mendaki gunung ini adalah seorang pendaki berasal dari Inggris bernama James Brooke pada tahun 1840 James Brooke akhirnya menjadi Raja Serawak (Sumber Ekologi Sulawesi)

3. Gunung Bulusaraung (1.200 mdpl)

Gunung Bulusaraung terletak di Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan.Untuk menuju Gunung ini kita harus naik angkot (carter) selama 2 jam untuk menuju Balocci. Walaupun tidak terlalu tinggi,tetapi gunung ini sangat cocok untuk pendakian karena jalur nya yang sangat menantang. Dan sangat cocok untuk orang – orang yang senang dengan tantangan,disinilah tempat kita menunjukkan keberanian kita.

Simak Juga Di mahesa.or.id

Materi Pencinta Alam & Ke”MAHESA”an

Fajrul Iman Ibrahim N.S.A (003/MAHESA/PENDIRI/2007)

Mahesa akhirnya memilih untuk menggunakan kalimat pencinta alam dengan harapan bisa memberikan kesejukan dan ketentraman bagi orang yang ada di sekitarnya didalam aktivitasnya sehari-hari sebagaimana yang dimaknakan dalam unsur kata cinta dan alam.”

Sejarah Pencinta Alam Serta Perkembangannya

Apabila sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak jauh-jauh amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala, padang rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih "bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh. Manusia mendirikan rumah untuk tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat kepalanya. Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.
Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai :
Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.
Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua. Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz. Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.
Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?."
Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.
Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi. Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa :
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”
Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.
Dan organisasi pencinta alam pun merambah MAHESA sejak awal berdirinya. Dimulai dari puncak Gunung Bawakaraeng (2.830 Mdpl) pada tanggal 20 Mei 2007(Disepakati sebagai hari jadi MAHESA), oleh 9 orang pendiri Mahasiswa Ekonomi Program Reguler Sore UNHAS (Bintang Hidayat, Hastomo, Fajrul Iman Ibrahim, Apriansyah, Ahmad Nasarudin, Asriadi, Muh.Hisyam, Suhardiman Sultan, dan Armawan Abdullah) yang disetujui oleh M.Arfan yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi Reguler Sore UNHAS(yang di kemudian hari karena bersimpatik ikut bergabung dengan MAHESA dalam Angkatan I), kemudian disusul dengan deklarasi yang diadakan di Puncak Gunung Bulusaraung (1.200 mdpl) pada tanggal 09 September 2007. Dalam perjalanan kali ini ikut serta Arnan Maulana, Seorang Simpatisan (yang kemudian ditetapkan sebagai Simpatisan Pendiri). Pada periode pertama Bintang Hidayat ditetapkan sebagai ketua umum MAHESA.

MAPALA, Konsekuensi yang harus dihadapi dari sebuah konsistensi

Apa yang diharapkan dengan mengikuti sebuah organisasi bernama MAPALA? Banyak memandang sebelah mata pada organisasi ini dan terkadang mengatakan bahwa kegiatannya hanya bersifat hura-hura yang menghabiskan uang. Suara itu semakin santer terdengar bila ada pemberitaan mengenai kecelakaan yang dialami oleh anggota Mapala pada waktu melakukan kegiatan di alam.
Dalam sebuah diskusi (mengutip dalam artikel Kompas, Minggu 29 Maret 1992) kegiatan Mapala dapat dikategorikan sebagai olahraga yang masuk ke dalam kaliber sport beresiko tinggi. Kegiatannya meliputi mendatangi puncak gunung tinggi, turun ke lubang gua di dalam bumi, hanyut berperahu di kederasan jeram sungai deras, keluar masuk daerah pedalaman yang paling dalam dan lainnya. umumnya kegiatan Mapala berkisar di alam terbuka dan menyangkut lingkungan hidup. Jenis aktifitas meliputi pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), pengarungan arus liar(rafting), penghijauan dan lain sebagainya.
Tak ayal lagi bahwa kegiatan ini beresiko tinggi dan setiap anggotanya harus memahami konsekuensi resiko yang dihadapi dengan bergabung dengan organisasi ini. Resiko yang paling berat adalah cacat fisik permanen dan bahkan kematian. Untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi resiko yang tinggi ini, dibutuhkan kesiapan mental, fisik dan skill yang memadai. Berbagai macam latihan dan pengalaman terjun langsung ke alam dapat meminimalisir resiko yang akan dihadapi. Tapi, diluar semua itu masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.

MAPALA, Pencinta alam atau Petualang ?

Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.
Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian banyak diantara para “pencinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat.

MAHESA, Environmental+Intelektualis+Adventurer

Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka peran pencinta alam sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan. Untuk melengkapi perannya sebagai duta lingkungan hidup, MAHESA sebagai organisasi pencinta alam yang Notabene anggotanya adalah seorang Mahasiswa, dituntut pula untuk mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk selalu belajar, menambah pengetahuannya bukan hanya hal-hal yang menyangkut tentang outdoor skill tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Karena seorang anggota MAHESA notabene juga adalah seorang Mahasiswa(yang berintelek), seorang anggota MAHESA dituntut bukan hanya menguasai skill tentang outdoor activities, tetapi juga haruslah sebagai mahasiswa yang rasionalis, analitik, kritis, universal, dan sistematis. MAHESA sadar dibutuhkan sisi Intelektual untuk menjembatani dan melengkapi sisi environmental dengan sisi adventurer.
MAHESA sebagai organisasi intelektual dengan gerakan enviromentalisme bermental adventure yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini sebagai satu gerakan untuk masa depan akan lebih berarti tindakannya dengan komitment dan loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah gerak environment dengan adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya yang merupakan spesialisasi dan menjadi ciri dari MAHESA yang memahami pentingnya menjaga, memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air tercinta ini dan melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu kemustahilan ketiga sisi tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan.


Simak Juga Di mahesa.or.id

Ke Ramma' Lagi, Bukan Laporan Perjalanan....hehehe...


Ole-ole Dari Ramma’…Sekali lagi, Bukan Laporan Perjalanan hehehe...

Alul yang cakep, 003/MAHESA/PENDIRI/2007

Kali ini, 28 november 2008, dini hari..
Kembali kulangkahkan kakiku di tempat ini, kujejakkan sepatuku mereknya Trakindo nyewa di Dimitri dengan slogan Outdoor Solution dengan memakai SIM A-nya temanku namanya Ahmad yang baik hati sebagai jaminannya.

Kembali kulangkahkan kakiku di tempat ini, kampong beru namanya..jalanannya rusak parah dengan pendakian dan penurunan yang ampun (bikin Sakit Kaki dan Sakit Hati). Itu baru kampong beru, Bro…,masih ada sekitaran sekilo menuju Desa Lembanna, desa yang penuh dengan keramahan warganya, desa yang sebagian besar warganya hidup dari berkebun dan beternak…ada banyak sayuran bertebaran di mana-mana..

Terpaksa jalan kaki membawa carrier dengan beban maksimal 120 kg dengan medan yg berat cukup menyita banyak tenaga serta konsentrasi penuh biar tetap tenang tanpa ada umpatan yang keluar dari bibirku yang sensual ini. Tapi dasar anjing, ngga bisa lihat cowok cakep lewat, trus saja di gonggongi dengan kekuatan penuh…anjing..anjing..andaikan kamu bisa ngomong, km pasti akan berkata alul cakep lewat..alul cakep lewat…mau bagaimana lagi? Cakep yach cakep, anjing yach anjing…
Masih menuju lembanna, dengan susah payah kunyalakan kembali alat pemutar MP3ku mereknya hi-Tech seharga Rp 210.000,- di computer city Makassar,yang jaga toko manis, namanya Vita Kulihat dari ID Cardnya…thanks naa, nda penting banget…

Masih menuju Lembanna, Lagunya Saint Loco memang paling pas menemani perjalanan yang panjang ini…hip Rock, Falling, Terapi Energi, Metropolis, Maria, dan Kedamaian sebagai penutupnya…keren!!! ngga sadar ternyata ada ahmad dan yude yg menemani perjalanan ini (hehehe..menemani..) ada juga tomo, fatah, dan hisyam yang turut serta dalam perjalanan ini, mereka pun juga cukup merasa tersiksa dengan medan ini, apalagi “mengendarai motor supaya baik jalannya. Supaya motor baik jalannya, yach terpaksa alul yg cakep beserta ahmad dan yude yang biasa-biasa saja turun dari motor dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan peralatan manual (kaki) yang dibalut dengan apik menggunakan sepatu mereknya Trakindo nyewa di Dimitri dengan slogan Outdoor Solution dengan memakai SIM A-nya Ahmad yang baik hati tapi sayangnya biasa-biasa saja wajahnya sebagai jaminannya.

Pendaki..pendaki..memang susah jadi pendaki. Lebih gampang jadi teroris daripada jadi pendaki. Lebih gampang jadi penjual sayur daripada jadi pendaki. Lebih gampang jadi penjual obat daripada jadi pendaki. Lebih gampang jadi ALMARHUM daripada jadi pendaki. “DIRALAT” Lebih gampang jadi ALMARHUM kalo mau jadi pendaki.

02.32 Waktu Indonesia bagian Lembanna, akhirnya kami pun tiba di Lembanna.kami pun memilih untuk mengetok pintu dini hari pada sebuah rumah paling sudut berwarna hijau yang konon kabarnya menjadi base camp bagi teman-teman dari Kalpataru SMU Neg 1 Makassar(Salam Lestari) dan sepenuhnya menjadi milik dan kepunyaan Tata’ Rappe dan keluarganya yang ramah, bersahabat dan baik hati.

06.56 Waktu Indonesia bagian Lembanna, alul yang cakep terbangun dari mimpinya karena mendengar suara dari teman-teman yang berisiknya minta ampun..yach terpaksa bangun.(kode etik orang menumpang : Harus rajin bangun pagi, harus bantu-bantu empunya rumah, dll). Setelah cuci muka dan menyikat gigi dengan bersih dan teliti, alul yang cakep pun dengan lagak bak ksatria menuju ke pekarangan sembari menatap ke arah pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang... eh, ternyata teman-teman sudah menyiapkan sarapan. Dan tanpa menunggu aba-aba, tanpa rasa bersalah alul yang cakep mendekati sarapan panas di pagi yang cerah namun dingin. Ok, MENU SARAPAN KITA PAGI INI : Nasi Goreng bumbu Indofood dengan taburan bakso dan telur dadar serta mie goreng lagi-lagi Indofood.

Setelah menyiapkan perlengkapan dan mem-Packing Ulang tas carrier dengan tujuan membagi rata beban yang akan dibawa, 11.00 Waktu Indonesia bagian Lembanna, kami pun memulai perjalanan dengan tak lupa untuk berdoa kepada Tuhan Yg Maha Esa sebelumnya memohon keridhoannya untuk melindungi kami sepanjang perjalanan.

Perjalanan menuju Ramma’, sama seperti kebanyakan tempat di Sulawesi selatan, hanya pohon-pohon tinggi, semak-semak, lembab, dan sungai-sungai kecil yang membelahnya. Ramma’ merupakan sebuah lembah yang indah, tapi kalo menurut alul yang cakep “Lembah Putus Cinta” adalah nama yang pantas…(Siapa Suruh Pergi Mendaki? km lbh perhatikan gunung daripada saya? Lebih baik kita PUTUS!!!, BrAkKKk!!!).

Perjalanan menuju Ramma’, tim melalui percabangan (Ketika Kaki harus Memilih). KANAN Berarti Ramma', KIRI berarti Puncak Bawakaraeng. Hahaha, karena tim menuju ke Ramma’ makanya kami memilih jalur Kanan untuk dijalani setapak demi setapak..ada beberapa sungai besar yang dilalui (dan menurut kesepakatan umum, setiap sungai menuju ramma adalah pos persinggahan bagi pendaki). PERHATIAN..PERHATIAN..SELAMAT DATANG DI POS SEKIAN, KEPADA YANG TERHORMAT PARA PENGUNJUNG DIPERSILAHKAN UNTUK MENGISI BOTOLNYA DENGAN AIR, MENDIRIKAN TENDA APABILA HARI TELAH BERGANTI MALAM, DLL…TETAPI MOHON MAAF KEPADA PARA PENGUNJUNG UNTUK TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN APALAGI SAMPAI MEMBUANGNYA KE DALAM ALIRAN SUNGAI.

Perjalanan menuju Ramma’, ada beberapa pendakian yang mampu membuat jantung berdegup kencang..tetapi yang paling mampu membuat adrenalin terpacu adalah TALUNG. Tetapi berhubung kami dari atas, maka kami ber-6 bersepakat untuk menamainya dengan nama PENURUNAN. Dari puncak talung, kami bisa melihat Bawakaraeng, Danau, sungai sallenk yg di kemudian hari berubah pelafalannya menjadi sungai SLANK ;piss!!!, lembah ramma’ dan tentu saja rumahnya TATA’ MANDONG (seorang lelaki tua yang hidup seorang diri yang menggantungkan hidupnya dari beternak sapi dan membiakkan ikan di empang “MADE BY TATA’ MADONG”; betul-betul menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan kekayaan alam di sekitarnya.dan konon kabarnya digaji oleh departemen kehutanan Republik Indonesia sebesar Rp.150.000,- untuk menjaga daerah tersebut). lelaki tua itu bernama Mandong, dan menurut KAMUS BESAR BAHASA MAKASSAR (Kalo Ada?) panggilan Tata' merupakan panggilan akrab seorang anak kepada orang yang lebih tua dan dihormati (Merujuk Kepada Bapak-bapak. maka dengan asumsi seperti itu, melekatlah sebutan yang keren untuk lelaki tua tersebut yakni "TATA MANDONG" Gitu Loch...

Puncak Talung, atau juga biasa disebut sebagai ‘Paccelengang’, yang kurang lebih artinya adalah tempat mengintip. Ngintip apa coba? Yaa, ngintip ramma’ tentu saja…tiba di talung berarti tidak lama lagi tim akan tiba di ramma’..kurang lebih 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke Ramma’.
Dan sangat terasa, kami pun tiba di ramma’ dengan selamat, walaupun nafas tersengal-sengal..dan tata’ mandong pun menyambut kami dengan ramah pula…sungguh ramah orang-orang di gunung? Kenapa di kota kita sulit menemukan hal seperti itu?
Setidaknya ingin bersantai sejenak; Tomo, Fatah, Hisyam, Ahmad, Yude, dan saya sendiri ALuL yang cakep..cepat tersadar bahwa kami adalah tim pendahulu dari rombongan diklatsar angkatan kedua MAHESA yang ditugaskan berangkat lebih dahulu ke Ramma’ untuk menyiapkan lokasi dan menjemput rombongan diklatsar angkatan 2 MAHESA di Talung (artinya Naik lagi doonk)…wah, ngga mudah nich, artinya kami harus segera memulai untuk bekerja…bekerja dan berusaha demi suksesnya DIKLATSAR angkatan kedua MAHESA, demi jayanya MAHESA (BUKAN SPEK-SPEK; Amin)…


Simak Juga Di mahesa.or.id
 

Most Reading

Popular Posts